REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA – Inggris dan enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) telah memulai pembicaraan awal tentang perjanjian perdagangan bebas. Inggris berusaha meningkatkan posisi perdagangannya pascahengkang dari Uni Eropa.
"Saya senang dan sangat gembira untuk secara resmi mengumumkan peluncuran resmi negosiasi FTA (free trade agreement) antara negara-negara GCC dan Inggris hari ini," kata Menteri Industri, Perdagangan, dan Pariwisata Bahrain Zayed bin Rashid al-Zayani pada Jumat (8/10) malam waktu setempat, dikutip laman Al Arabiya.
Dia mengungkapkan sejak Bahrain menjadi presiden GCC pada awal tahun, inisiatif tentang perdagangan bebas dengan Inggris terus berusaha diwujudkan. “Kami secara kolektif akan memulai babak baru, yang akan memperkuat kerja sama perdagangan dan investasi kami yang telah berlangsung lama dan membangun fondasi kuat yang ditempa selama berabad-abad terakhir,” ucapnya.
Inggris telah menikmati hubungan ekonomi yang kuat dengan enam negara anggota GCC yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Bahrain, Kuwait, dan Oman. Nilai perdagangan London dengan negara-negara Teluk mencapai 41 miliar dolar AS pada 2020.
"Perjanjian perdagangan dengan GCC adalah peluang besar untuk meliberalisasi perdagangan dengan pasar yang berkembang untuk bisnis Inggris dan memperdalam hubungan dengan kawasan yang penting bagi kepentingan strategis kami," kata Menteri Perdagangan Internasional Inggris Anne-Marie Trevelyan.
Trevelyan mengatakan negaranya menginginkan perjanjian modern dan komprehensif yang dapat menyisihkan hambatan ke pasar makanan serta minuman. Kesepakatan di bidang-bidang lain seperti perniagaan digital dan energi terbarukan diharapkan dapat tercapai.
Sejak hengkang dari Uni Eropa, Inggris berusaha meningkatkan hubungan perdagangan dengan para mitranya termasuk Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara Teluk yang kaya hidrokarbon.