REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Irak menutup perbatasan dan wilayah udaranya pada Sabtu (9/10) malam, menjelang pemilihan parlemen yang digelar pada Ahad (10/10). Otoritas Penerbangan Sipil telah menginformasikan penutupan tersebut kepada maskapai penerbangan dan penumpang.
"Maskapai penerbangan yang beroperasi di Irak dan penumpang telah diberitahu tentang penutupan semua bandara di Baghdad, Najaf, Basra, Erbil dan Sulaymaniyah," kata Otoritas Penerbangan Sipil, dilansir Anadolu Agency, Ahad (10/10).
Pihak berwenang mengatakan, penutupan akan dimulai pada Sabtu mulai dari pukul 6 sore, hingga Senin (11/10) pukul 6 pagi waktu setempat. Selain itu, perbatasan darat dan laut juga akan ditutup, serta dilarang ada pergerakan antarkota sebagai bagian dari tindakan pengamanan menjelang pemilihan.
Sejauh ini ada 3.249 kandidat yang mewakili 21 koalisi dan 109 partai bersaing untuk mendapatkan kursi di parlemen, yang beranggotakan 329 orang. Menurut komisi pemilihan Irak, terdapat 24 juta warga Irak yang memenuhi syarat untuk memberikan suara. Pemungutan suara akan diawasi oleh sekitar 1.800 pengamat asing.
Berdasarkan jajak pendapat, pemilihan parlemen awalnya dijadwalkan pada 2022. Tetapi partai politik memutuskan untuk mengadakan pemilihan umum lebih awal, menyusul aksi protes besar-besaran pada 2019 terhadap korupsi yang mengakar dan layanan pemerintah yang buruk.
Pemungutan suara tersebut adalah yang kelima di Irak sejak 2003. Tepatnya ketika invasi pimpinan AS menggulingkan rezim mantan Presiden Saddam Hussein.