Ahad 10 Oct 2021 10:30 WIB

Taliban Tolak Kerja Sama dengan AS Dalam Isu ISIS

Pakistan mendesak AS terlibat dengan pemerintah Afghanistan yang baru.

Rep: lintar satria zulfikar/ Red: Hiru Muhammad
Pengungsi internal menerima bantuan makanan yang didistribusikan oleh Bulan Sabit Merah di Kabul, Afghanistan, 20 September 2021. Taliban mengatakan pada 14 September bahwa PBB harus membantu mereka dalam membantu hampir 3,5 juta warga Afghanistan kembali ke rumah mereka setelah mengungsi di dalam negeri karena untuk kekerasan.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Pengungsi internal menerima bantuan makanan yang didistribusikan oleh Bulan Sabit Merah di Kabul, Afghanistan, 20 September 2021. Taliban mengatakan pada 14 September bahwa PBB harus membantu mereka dalam membantu hampir 3,5 juta warga Afghanistan kembali ke rumah mereka setelah mengungsi di dalam negeri karena untuk kekerasan.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD--Taliban menolak bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) untuk menangkal aktivitas ekstremis di Afghanistan. Pertama kalinya milisi itu mengambil sikap tanpa kompromi dalam isu ini sejak AS menarik pasukannya dari Afghanistan bulan Agustus lalu.

Pejabat senior Taliban dan perwakilan AS bertemu di Doha, Qatar pada pekan. Pejabat dari kedua belah pihak mengatakan isu yang dibahas antara lain berkuasanya Taliban di Afghanistan dan evakuasi warga asing dan Afghanistan dari negara itu. Taliban memberi sinyal lebih fleksibel dalam proses evakuasi.

Namun kantor berita Associated Press melaporkan juru bicara politik Taliban Suhail Shaheen mengatakan kelompok itu tidak akan bekerja sama dengan AS dalam menahan meningkatnya aktivitas ISIS di Afghanistan. ISIS bertanggung jawab atas sejumlah serangan di negara itu baru-baru ini.

Salah satunya bom bunuh diri Jumat (8/10) lalu yang menewaskan 46 warga muslim syiah dan melukai puluhan lainnya. Serangan yang dilakukan saat warga sedang sholat itu terjadi di sebelah utara Kota Kunduz."Kami dapat mengatasi Daesh (ISIS) dengan independen," kata Shaheen, Sabtu (9/10) kemarin.

Hal ini ia sampaikan saat ditanya apakah Taliban akan bekerja sama dengan AS untuk mengatasi ISIS dan kelompok-kelompok afiliasinya di Afghanistan. Sejak tumbuh pesat di Afghanistan pada tahun 2014 lalu ISIS kerap menggelar serangan terhadap masyarakat minoritas syiah.

AS juga menilai kelompok tersebut salah satu ancaman terbesar sebab berpotensi menggelar serangan terhadap warga atau pasukan mereka. Pertemuan AS dan Taliban di Doha pekan ini menjadi pertemuan pertama sejak AS menarik pasukannya.

Pertemuan di Doha pertemuan pertama AS-Taliban sejak Washington mengakhiri perang selama 20 tahun yang mendorong Taliban kembali berkuasa. AS dengan tegas mengatakan pertemuan itu tidak membuka kemungkinan mereka mengakui pemerintahan Taliban.

Pertemuan itu juga digelar dua hari setelah pejabat Pakistan bertemu dengan Deputi Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman di Islamabad. Pertemuan tersebut fokus membahas Afghanistan.

Pemerintah Pakistan mendesak AS terlibat dengan pemerintah Afghanistan yang baru. Serta melepaskan miliaran dolar AS dana internasional untuk mencegah kehancuran ekonomi.

Pakistan juga mengirimkan pesan ke Taliban agar lebih inklusif dan memperhatikan hak asasi manusia dan kelompok keagamaan serta etnis minoritas. Aljazirah melaporkan pertemuan itu digelar pada Sabtu kemarin.

Media yang berbasis di Doha itu mengutip menteri luar negeri Afghanistan yang ditunjuk Taliban Ameer Khan Muttaqi. Ia meminta Taliban meminta AS mencabut larangan di  bank sentral Afghanistan. AS belum memberikan komentar mengenai pertemuan tersebut. 

sumber : ap
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement