Ahad 10 Oct 2021 12:20 WIB

Bom di Kunduz Pertanda ISIS Akan Gelar Lebih Banyak Serangan

Bom bunuh diri Jumat lalu serangan paling mematikan sejak AS meninggalkan Afghanistan

Rep: lintar satria zulfikar/ Red: Hiru Muhammad
Pesawat tempur AS melancarkan serangan udara menggempur ISIS.
Foto: EPA/Mazen Mahdi
Pesawat tempur AS melancarkan serangan udara menggempur ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Deputi direktur Program Asia di lembaga think tank Wilson Center Michael Kugelman mengatakan serangan bom bunuh diri pada Jumat (8/10) memberi tanda ISIS akan menggelar lebih banyak serangan. Serangan menewaskan 46 warga muslim syiah dan melukai puluhan lainnya.

Serangan yang dilakukan saat warga sedang sholat itu terjadi di sebelah utara Kota Kunduz. Ulama syiah Afghanistan menuntut Taliban yang kini berkuasa di negara itu untuk memperketat perlindungan di tempat-tempat ibadah mereka.

Kelompok yang berafiliasi dengan ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut dan mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri orang muslim Uighur. Mereka mengklaim serangan itu mengincar warga syiah dan Taliban karena bersedia mengusir warga Uighur sesuai dengan permintaan Cina.

Bom bunuh diri Jumat lalu itu menjadi serangan paling mematikan sejak pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO meninggalkan Afghanistan pada 30 Agustus lalu. "Bila klaim tersebut benar, maka kekhawatiran Cina mengenai terorisme di (Afghanistan) yang Taliban klaim dapt diatasi, akan meningkat," cicit Kugelman, Sabtu (9/10) kemarin.