REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mendesak negara anggota untuk berinvestasi lebih banyak untuk merealisasikan perlindungan alam, serta hilangnya spesies di dunia. Putaran baru pembicaraan mengenai keanekaragaman hayati global akan dilangsungkan di Kunming, China pada Senin (11/10).
Wakil Sekretaris Eksekutif Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati David Cooper mengatakan bahwa para menteri yang menghadiri acara ini harus menunjukkan lebih banyak ambisi dan memberi arah politik yang jelas.
Kelompok-kelompok lingkungan mengatakan tidak ada waktu yang terbuang untuk melindungi habitat dan memperlambat tingkat kepunahan. Terutama setelah pemerintah gagal menyelesaikan salah satu target keanekaragaman hayati 2020 yang disepakati di Aichi, Jepang satu dekade sebelumnya. Namun, Cooper mengatakan tingkat urgensi masih belum cukup.
"Saat ini, sebagian besar negara menghabiskan lebih banyak dana untuk mensubsidi kegiatan yang menghancurkan keanekaragaman hayati daripada yang kita belanjakan untuk melestarikannya. Ini harus berubah," ujar Cooper pada Ahad (10/10).
PBB ingin negara-negara berkomitmen untuk melindungi 30 persen dari tanah mereka pada 2030, sebuah janji yang telah disetujui oleh Amerika Serikat (AS) dan lainnya. China belum membuat komitmen, meskipun menerapkan sistem garis merah perlindungan ekologis yang telah menempatkan 25 persen wilayah negara itu di luar jangkauan pengembang.
Cooper mengatakan kepada wartawan bahwa penting bagi semua negara untuk melindungi lebih banyak ekosistem mereka. Meski demikian, hal itu tidak akan cukup untuk memperbaiki hilangnya keanekaragaman hayati, dengan mengatakan lebih banyak komitmen diperlukan untuk mengelola 70 persen lainnya.
Cooper mengatakan pandemi COVID-19 telah menyuntikkan urgensi baru ke dalam perlindungan keanekaragaman hayati. Namun, ia memperingatkan bahwa ini belum tercermin dalam langkah-langkah stimulus bisnis seperti biasa pasca pandemi.
"Kita harus memastikan stimulus itu memperkuat keanekaragaman hayati dan tidak menambah masalah. Secara global, jika Anda melihat-lihat, paket stimulus membuatnya lebih buruk daripada lebih baik,” jelas Cooper.