Keroncong, Musik dari Portugis atau Asli Indonesia?
Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Penampilan musik keroncong di Museum Musik Indonesia (MMI) Kota Malang. | Foto: Wilda Fizriyani
REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Wilda Fizriyani/Jurnalis Republika
"Bengawan Solo
Riwayatmu kini
Sedari dahulu jadi
Perhatian insani..."
Ini adalah secuil lirik dari lagu "Bengawan Solo" yang diciptakan oleh Gesang. Lagu fenomenal ini biasanya disajikan dalam musik bergenre keroncong. Sebuah genre yang disebut-sebut berasal dari Portugis, tapi ada pula yang menilai musik ini asli Indonesia. Lalu manakah informasi yang tepat?
Sejarawan Rakai Hino Galeswangi menyatakan, deskripsi tentang asal muasal musik keroncong sampai sekarang memang masih menjadi problematika. "Pertama, keroncong itu asal Indonesia atau impor? Kalau baca sekilas di bukunya karya MMI (Museum Musik Indonesia), ada pemaparan menekankan khasanah asli Indonesia," kata Rakai saat ditemui wartawan di MMI Kota Malang.
Di sisi lain, Rakai juga menemukan sejumlah penelitian yang juga membahas serupa. Namun pada umumnya, pengetahuan tentang asal muasal musik keroncong terbagi atas dua versi. Beberapa ada yang mengatakan dari Portugis, tapi ada pula yang mengatakan sebagai musik asli Indonesia.
Pada versi pertama, musik keroncong dinilai telah dibawa oleh orang Portugis yang masuk ke Nusantara pada akhir abad 15. Namun yang dibawa oleh orang-orang tersebut hanya instrumen musiknya. Tidak ada penegasan warna musik apa yang dibawa oleh orang-orang Portugis tersebut.
Pada penelitian lain, seorang warga Indonesia dilaporkan sempat melakukan riset dengan cara mengunjungi negara yang disebut sebagai asal musik keroncong, yakni Portugal. Yang bersangkutan berusaha untuk mencari kesamaan irama keroncong dengan musik di negeri tersebut. Hasilnya, peneliti tidak menemukan genre yang benar-benar mirip keroncong di Portugal.
"Kalau alatnya, ada satu alat yang sama seperti ukulele. Tapi untuk genre (keroncong) enggak menemukan di Portugal," jelas alumnus Universitas Negeri Malang (UM) ini.
Berdasarkan data-data tersebut, Rakai pun menyimpulkan, alat musik keroncong mungkin memang dipengaruhi oleh Portugis. Namun untuk irama musiknya, Rakai lebih menyetujui penelitian versi kedua bahwa keroncong dari Indonesia.
Rakai menduga musik keroncong pertama kali hadir di Maluku. Saat itu, daerah yang kaya hasil rempah tersebut didatangi oleh bangsa Portugis. Kedatangan bangsa lain tidak hanya untuk menguasai perekonomian tapi juga ada pertukaran budaya termasuk penyebaran agama katolik.
Menurut Rakai, ada beberapa musik keroncong Maluku yang saat itu mencampuradukan dengan irama gamelan. Selanjutnya, penyebaran musik keroncong pun mulai terjadi ke sejumlah daerah di Indonesia. "Terutama saat budak Maluku dibawa ke Batavia," jelasnya.
Seiring berkembangnya waktu, musik Keroncong yang semula hadir di Maluku mulai bermunculan di daerah lain. Ada musik keroncong dengan irama Sunda, Jawa, Tionghoa dan sebagainya. Hal ini berarti ada penyesuaian irama musik dengan nilai lokal di masing-masing daerah.
Musik keroncong memang sempat meningkat popularitasnya di masa sebelum 1965. Namun popularitas ini menyurut setelah terjadinya peristiwa 1965. Ada anggapan bahwa pelaku musik keroncong memiliki hubungan dengan PKI.
Rakai pernah bertemu dengan salah satu mantan pemain keroncong di Yogyakarta. Sosok tersebut merupakan pemain biola musik keroncong di era 1950an. Berdasarkan pengakuan sosok pemain tersebut, dia tidak diperbolehkan lagi bermain musik keroncong sejak peristiwa 1965.
"Seluruh pemain keroncong dianggap pengikut Lekra, organisasi bawaannya PKI. Gara-gara ini, pemain keroncong bingung cari makan," ucapnya.
Setelah itu, tibalah di masa era pemerintahan Suharto. Presiden kedua RI ini dikenal sangat membenci paham komunis, tapi di sisi lain juga mencintai musik keroncong. Sebab itu, popularitas musik keroncong pun dinaikkan kembali tapi tema lagu yang diambil harus berbumbu nasionalis. Jika ada yang menyanyikan lagu seperti Genjer-genjer, maka bisa ditangkap oleh aparat.
Dengan melihat jejak sejarah ini, Rakai pun tak menampik, musik keroncong termasuk bagian warisan tak benda di Indonesia. Meskipun generasi muda tidak terlalu menyukainya, data-data tentang musik keroncong harus disimpan dengan baik. Langkah ini dilakukan agar musik tersebut tidak hilang dimakan oleh waktu.
Album-album keroncong didokumentasikan
Museum Musik Indonesia (MMI) berupaya untuk mendokumentasikan album-album keroncong dari masa klasik hingga modern dalam sebuah buku. Buku berjudul Keanekaragaman Keroncong Indonesia ini diluncurkan di MMI Kota Malang, Sabtu (9/10).
Ketua Umum (Ketum) MMI, Hengki Herwanto mengatakan, peluncuran buku berisi katalog musik keroncong ini merupakan amanah yang diterima MMI dari pemerintah. MMI harus bisa mendokumentasikan album-album keroncong di Indonesia. Pada buku ini, MMI setidaknya memasukkan deskripsi 100 album keroncong dari berbagai daerah.
Pemilihan 100 album ini sudah melalui kurasi sederhana. MMI memilih album yang memiliki nilai penting dan istimewa, serta musisinya ahli di bidangnya. "Sehingga kita kumpulkan dalam buku ini, kita ulas masing-masing album, kita deskripsikan. Judul, penyanyi, rilis tahun berapa, track list, label, pencipta," ungkapnya.
Dari hasil penelusurannya, Hengki melihat, banyak album yang tidak menuliskan label rekamannya. Bahkan, ada yang tidak menyertakan nama pencipta lagu dan tahun produksi. Hal ini menyebabkan nilai kesejarahannya tidak lengkap karena informasinya kabur.
Hengki berharap, keberadaan buku tentang keroncong ini bisa bermanfaat untuk masyarakat. Warisan nenek moyang ini tidak boleh hilang dimakan oleh waktu. Kemudian juga diharapkan tidak dicuri oleh bangsa lainnya karena keroncong adalah karya nenek moyangnya Indonesia.