Ahad 10 Oct 2021 20:26 WIB

Presiden Taiwan Serukan Status Quo

Taipei menghadapi tekanan yang semakin besar dari Beijing.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.
Foto: AP Photo/Chiang Ying-ying
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menyerukan ketetapan status quo politik untuk negara yang dipimpinnya, Ahad (10/10). Dia berterus terang Taipei menghadapi tekanan yang semakin besar dari Beijing.

"Kami akan melakukan yang terbaik untuk mencegah status quo diubah secara sepihak," kata Tsai dalam pidato upacara di depan Gedung Kantor Kepresidenan.

Baca Juga

Tsai Ing-wen juga dengan tegas menolak paksaan militer China. Dia berjanji memperkuat pertahan nasional untuk membela diri dari paksaan yang ditetapkan oleh China. Beijing mengklaim Taipei sebagai bagian dari wilayah nasionalnya meskipun pulau itu memiliki pemerintahan sendiri.

"Ini karena jalan yang telah ditetapkan China tidak menawarkan cara hidup yang bebas dan demokratis bagi Taiwan, atau kedaulatan bagi 23 juta orang kami," ujar Tsai.

Tsai sebelumnya jarang secara langsung menyebut China dalam pidato publiknya. Namun, kali ini dia mengakui situasi yang semakin tegang yang dihadapi Taiwan sejak militer China meningkat pada tahun lalu. Sejak September tahun lalu, China telah menerbangkan jet tempur lebih dari 800 kali ke Taiwan.

Pulau ini telah memperkuat hubungan tidak resminya dengan negara-negara seperti Jepang, Australia, dan Amerika Serikat (AS) dalam menghadapi ketegangan-ketegangan ini. "Namun semakin banyak yang kami capai, semakin besar tekanan yang kami hadapi dari China," katanya.

Tsai mengatakan, Taiwan ingin berkontribusi pada pembangunan damai di kawasan itu bahkan ketika situasi menjadi lebih tegang dan kompleks di Indo-Pasifik. Dia juga meminta partai legislatif lainnya untuk mengesampingkan politik untuk mendorong reformasi konstitusi pulau itu.

Sehari sebelumnya, pemimpin Cina Xi Jinping mengatakan bahwa reunifikasi dengan Taiwan harus diwujudkan. Dia mengatakan bahwa reunifikasi damai adalah untuk kepentingan seluruh bangsa, termasuk rakyat Taiwan.

"Tidak ada yang boleh meremehkan tekad, kemauan, dan kemampuan kuat rakyat Cina untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial," ujar Xi. 


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement