REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tim sepak bola putri Afghanistan akan mulai hidupnya di Inggris setelah berkampanye untuk minta bantuan dari ancaman Taliban. Anggota tim meninggalkan Afghanistan ke Pakistan pada bulan lalu dan mendapat visa sementara.
Karena mereka takut akan dipaksa kembali ke Afghanistan, mereka mendapat dukungan dari berbagai pihak untuk pindah ke Inggris. Bantuan itu datang dari klub Liga Premier Leeds United, anggota parlemen dan veteran Afghanistan Tom Tugendhat dan badan amal Football for Peace.
Pada Sabtu malam, Eks Kapten Sepak Bola Afghanistan Khalida Popal mengungkapkan Inggris telah setuju untuk menjadi negara tuan rumah mereka.
"Gadis-gadis ini pantas mendapatkan yang terbaik. Mereka telah melalui banyak hal. Mereka berhak untuk bermimpi," kata Popal, dilansir The National News, Senin (11/10).
Popal sangat berterima kasih kepada pemerintah Inggris karena telah mendengar suara mereka dalam memberikan tempat tinggal kepada anggota tim sepak bola wanita.
Dua pemain, Narges dan Sabria mengatakan kepada Sky News bahwa nyawa mereka telah terselamatkan. “Kami selamanya berterima kasih kepada semua yang terlibat membantu kami,” kata mereka. Sebelumnya, mereka mengaku telah diancam oleh Taliban sebelum meninggalkan Afghanistan.
Narges (18 tahun) mengatakan dia tidak ingin kembali ke Afghanistan. Sebab, di sana, perempuan sangat dibatasi pergerakannya oleh Taliban. Sebagai kapten wanita Afghanistan pertama pada tahun 2007, Popal mencetak sejarah. Namun, pada tahun 2011, dia meninggalkan Afghanistan setelah saudara laki-laki dan pelatihnya diserang.
Tim putri Afghanistan berada di peringkat 152 dunia setelah mencapai puncaknya di peringkat 106 pada tahun 2017. Inggris telah menekankan untuk melindungi hak-hak perempuan sebagai syarat utama untuk setiap transaksi dengan Taliban.
Salah seorang pendiri Football for Peace Kashif Siddiqi mengatakan ada 111 pemain dan pelatih Afghanistan yang menunggu visa. Tanpa adanya keterlibatan Inggris, mereka akan menghadapi mimpi buruk di Afghanistan.
“Setiap visa yang disetujui adalah kehidupan yang ditingkatkan, hak atas pendidikan dilindungi dan kebebasan bermain sepak bola dipertahankan," ujar dia.
Football for Peace membujuk Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, pensiunan pemain kriket dan ikon olahraga untuk memberikan visa 30 hari kepada para pesepakbola.
Para pemain muda disambut dengan karangan bunga ketika mereka tiba di Lahore, Pakistan setelah melintasi perbatasan utara Afghanistan.
Sementara Leeds United menawarkan untuk memberikan semua pemain tempat di tim pengembangan pemuda dan mengatakan siap untuk memberi anggota tim masa depan yang makmur dan damai.
Inggris berencana untuk menerima 20 ribu warga Afghanistan selama lima tahun yang dianggap sangat rentan terhadap Taliban. Jumlah tersebut adalah tambahan dari ribuan orang yang dievakuasi dari Kabul selama dua pekan pengangkutan udara NATO pada bulan Agustus.
Beberapa atlet Afghanistan dievakuasi ke Australia setelah jatuhnya Kabul, tetapi masa depan jangka panjang mereka tidak jelas dan yang lain pergi ke Portugal.