Senin 11 Oct 2021 09:04 WIB

Presiden Taiwan: Kami tak akan Tunduk di Hadapan China

Presiden China Xi Jinping akan mengembalikan wilayah Taiwan ke pangkuan China.

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.
Foto: AP/Chiang Ying-ying
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, pemerintah negara itu tidak akan tunduk terhadap tekanan China. Ia menegaskan akan terus memperkuat pertahanan pulau tersebut untuk melindungi prinsip demokratis yang diterapkan.

Sebelumnya, Presiden China Xi Jinping mengatakan akan mewujudkan penyatuan kembali wilayah negara yang memiliki pemerintahan sendiri secara damai. Tsai mengatakan, tidak akan ada skema bahwa rakyat Taiwan akan tunduk pada tekanan. Namun ia  memastikan Taiwan tidak akan berbuat gegabah.

Baca Juga

Taiwan akan terus meningkatkan pertahanan nasional. Tsai menyebut bahwa tekad negaranya adalah untuk membela diri dan memastikan tidak ada yang dapat memaksa untuk mengambil jalan yang telah ditetapkan oleh China.

“Ini karena jalan yang telah ditetapkan China tidak menawarkan cara hidup yang bebas dan demokratis bagi Taiwan, atau kedaulatan bagi 23 juta orang kami,” ujar Tsai dalam sebuah pernyataan, dilansir Aljazirah, Senin (11/10).

Taiwan menjadi negara yang secara resmi dikenal sebagai Republik China. Taiwan terpisah dari Negeri Tirai Bambu sejak akhir 1949. Saat itu  Republik Rakyat China berkuasa di Beijing, dan kaum nasionalis pergi ke Taiwan mendirikan pemerintahan secara demokratis.

Terlepas dari kemerdekaannya secara de facto, China memandang Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri. Taiwan juga ditawarkan untuk menerapkan model otonomi satu negara, dua sistem, seperti yang digunakannya dengan Hong Kong.

Tetapi semua partai besar Taiwan telah menolaknya, terutama setelah tindakan keras keamanan China di Hong Kong. Ketegangan telah meningkat ke level tertinggi setelah perintah Xi, yang memutuskan komunikasi resmi dengan Taipei setelah pemilihan Tsai lima tahun lalu.

Tsai dianggap sebagai separatis yang menolak untuk mengakui bahwa Taiwan adalah bagian dari satu Cina. Ia juga disebut menghasut konfrontasi dan mendistorsi fakta.

Tsai telah memperingatkan, situasi Taiwan lebih kompleks dan cair daripada di titik lain mana pun dalam 72 tahun terakhir. Ia mengatakan, kehadiran militer rutin China di zona pertahanan udara Taiwan telah secara serius memengaruhi keamanan nasional dan keselamatan penerbangan. Ia menyebut bagaimanapun Taiwan berdiri di garis depan membela demokrasi.

“Semakin banyak yang kami capai, semakin besar tekanan yang kami hadapi dari Cina. Jadi saya ingin mengingatkan semua warga saya bahwa kita tidak memiliki hak istimewa untuk lengah,” jelas Tsai.

Baca juga : Israel Bongkar Makam Palestina di Dekat Al-Aqsa

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement