REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pasokan listrik Lebanon kembali normal pada Ahad (10/10) setelah pemadaman pada hari sebelumnya. Pemadaman terjadi di Lebanon setelah dua pembangkit listrik terbesar negara itu ditutup karena kekurangan bahan bakar.
Seperti dilansir dari Al Arabiya, Senin (11/10), Kementerian Energi mengatakan telah menerima persetujuan bank sentral atas kredit 100 juta dolar AS, untuk mengeluarkan tender impor bahan bakar untuk pembangkit listrik. Kini Lebanon kembali memasok jumlah listrik yang sama seperti sebelum pemadaman total.
Pada Sabtu (9/10), dua pembangkit listrik terbesar Lebanon, pembangkit listrik Zahrani dan Deir Ammar, ditutup karena kekurangan bahan bakar, membuat jaringan listrik Lebanon terhenti total. Penutupan itu menambah kesulitan lebih lanjut kepada masyarakat Lebanon yang berjuang dengan kehilangan pekerjaan, melonjaknya harga dan kelaparan yang ditimbulkan oleh krisis keuangan yang memburuk di negaranya.
"Tentara Lebanon sepakat pada Sabtu malam untuk menyediakan 6.000 kiloliter minyak gas yang didistribusikan secara merata di antara dua pembangkit listrik," kata perusahaan listrik negara itu dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh Kantor Berita Nasional resmi.
Lebanon telah dilumpuhkan oleh krisis ekonomi yang semakin dalam karena pasokan bahan bakar impor telah mengering. Mata uang Lebanon juga telah turun 90 persen sejak 2019.