Selasa 12 Oct 2021 09:52 WIB

Warga AS dan Inggris di Afghanistan Diminta Hindari Hotel

Demi menghindari potensi serangan, warga AS dan Inggris diminta jauhi hotel

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Seorang petugas keamanan Afghanistan berdiri di tengah puing-puing dari sebuah bangunan yang rusak setelah serangan di Kabul, Afghanistan, Rabu, 4 Agustus 2021. Sebuah ledakan kuat mengguncang lingkungan kelas atas ibukota Afghanistan Selasa dalam serangan yang tampaknya menargetkan pejabat menteri pertahanan negara itu.
Foto: AP/Rahmat Gul
Seorang petugas keamanan Afghanistan berdiri di tengah puing-puing dari sebuah bangunan yang rusak setelah serangan di Kabul, Afghanistan, Rabu, 4 Agustus 2021. Sebuah ledakan kuat mengguncang lingkungan kelas atas ibukota Afghanistan Selasa dalam serangan yang tampaknya menargetkan pejabat menteri pertahanan negara itu.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah memperingatkan warganya untuk menghindari hotel di Afghanistan. Peringatan ini muncul beberapa hari setelah puluhan orang tewas dalam serangan di sebuah masjid yang diklaim oleh ISIS di Provinsi Khorasan (ISIS-K).

"Warga AS yang berada di atau dekat Hotel Serena harus segera pergi," ujar pernyataan Departemen Luat Negeri AS dilansir Aljazirah, Selasa (12/10).

Baca Juga

Kantor Luar Negeri Inggris juga menyerukan hal serupa. Mereka meminta warga Inggris yang berada di Afghanistan agar tidak menginap di hotel karena ancaman keamanan.

"Mengingat meningkatnya risiko, Anda disarankan untuk tidak menginap di hotel, khususnya di Kabul,” ujar pernyataan Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris.

Sejak Taliban kembali berkuasa, banyak orang asing telah meninggalkan Afghanistan. Akan tetapi beberapa jurnalis dan pekerja bantuan kemanusiaan tetap berada di ibu kota Kabul.

Hotel Serena adalah salah satu hotel yang terkenal di Afghanistan. Hotel Serena dikenal sebagai hotel mewah yang populer di kalangan pelancong bisnis dan tamu asing. Sebelumnya hotel tersebut telah dua kali menjadi sasaran serangan Taliban.

Pada 2014, beberapa pekan sebelum pemilihan presiden, empat pria bersenjata masuk ke Hotel Serena dan melakukan serangan. Mereka menyembunyikan pistol di kaus kaki dan berhasil menembus beberapa lapisan keamanan. Serangan tersebut menewaskan sembilan orang, termasuk seorang jurnalis AFP dan anggota keluarganya. Pada 2008, sebuah bom bunuh diri terjadi di Hotel Serena dan menewaskan enam orang.

Akhir pekan lalu, delegasi senior Taliban dan AS mengadakan pembicaraan tatap muka pertama mereka di ibukota Qatar, Doha. Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan pembicaraan itu fokus pada masalah keamanan dan terorisme, termasuk perjalanan yang aman bagi warga AS, warga negara asing lainnya, dan mitra Afghanistan.

"Hak asasi manusia, termasuk partisipasi yang berarti dari perempuan dan anak perempuan di semua aspek masyarakat Afghanistan juga dibahas dalam pembicaraan," kata Price.

Taliban menyebut AS sepakat untuk mengirim bantuan ke Afghanistan. Sementara AS mengatakan bantuan akan diberikan langsung kepada rakyat Afghanistan dan bukan pemerintah Taliban.

Baca juga : Taliban akan Bertemu Perwakilan Uni Eropa

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement