REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, negaranya melihat adanya upaya untuk mengacaukan situasi geopolitik di Asia. Hal itu dilakukan oleh struktur politik dan militer sempit yang menghambat interasksi antarnegara di kawasan tersebut.
“Sayangnya, situasi geopolitik di kawasan (Asia) itu tidak membaik, menghambat transisi ke kerja sama dan integrasi multilateral yang komprehensif. Kami melihat upaya yang disengaja untuk meningkatkan situasi, merusak mekanisme interaksi antarnegara yang ada,” kata Lavrov pada Selasa (12/10), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Menurut Lavrov, beberapa struktur politik dan blok militer yang sempit, yang berpegang pada logika perang dingin dan kebijakan penahanan, berkontribusi pada destabilisasi situasi di Asia. Lavrov tidak menyinggung secara spesifik tentang blok militer dimaksud.
Sebelumnya Lavrov mengkritisi pembentukan aliansi pertahanan baru antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat (AS) atau dikenal sebagai AUKUS serta dialog empat sisi tentang keamanan yang melibatkan AS, Jepang, India, dan Australia (Quad).
Menurut Lavrov AUKUS dan Quad diarahkan untuk mengikis format kerja sama universal yang telah berlangsung lama di Asia-Pasifik di bawah naungan ASEAN. Dia mengungkapkan, salah satu tren paling modis saat ini adalah apa yang disebut sebagai strategi Indo-Pasifik yang ditemukan AS.
“Semua ini mengikuti garis mengikis format universal di kawasan Asia-Pasifik yang ada selama beberapa dekade terakhir di bawah naungan ASEAN,” kata Lavrov saat berbicara di Majelis ke-29 Dewan Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan Rusia pada 2 Oktober lalu.
Menurut Lavrov, KTT Asia Timur, forum keamanan ASEAN, pertemuan para menteri pertahanan dan mitra ASEAN atau kerap disebut ASEAN+, dan sejumlah format lainnya yang berdasarkan prinsip konsensus, merupakan beberapa format universal yang terkikis oleh pembentukan AUKUS serta Quad.