REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sistem pengolahan pascapanen nasional dinilai perlu pembenahan agar potensi produksi lebih optimal. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Fadjry Djufri, menuturkan, pascapanen merupakan salah satu bagian dari tahapan processing komoditas pangan yang berkaitan erat dengan kemampuan ekspor.
"Hilirisasi pangan saat ini menjadi sangat penting karena banyak sekali komoditas strategis yang kita miliki dan melimpah. Di mulai dari sub sektor tanaman pangan, hortikultura, sampai peternakan," kata Fadjry saat ditemui di Bogor, Selasa (12/10).
Ia mengatakan, saat ini berbagai negara di dunia semakin gencar dalam memperbarui teknologi pascapanennya. Itu seiring dengan tuntutan kebutuhan pangan yang meningkat serta inovasi produk makanan yang semakin beragam.
"Processing ini yang perlu kita perbaiki dan tingkatkan daya tahan pangan kita sehingga akhirnya pun bisa untuk tujuan ekspor sesuai program pemerintah," katanya menambahkan.
Ia mencontohkan, saat ini salah satu hasil dari pembaruan teknologi pasca panen di subsektor hortikultura seperti pada komoditas cabai merah. Di mana susut produksi yang semula 20 persen-30 persen dapat ditekan menjadi 3-5 persen. Pihaknya juga sudah berhasil mengembangkan teknologi pelapisan lilin lebah nano untuk memperpanjang umur simpan mangga yang diekspor.
Selain itu, dalam subsektor tanaman pangan, pengolahan beras dengan biofortifikasi yang mendukung upaya pencegahan stunting. Kemudian penggunaan aplikasi silika biogenik dari sekam padi untuk bisa mengoptimalisasikan produksi padi secara berkelanjutan dan mengurangi limbah pertanian.
Selain untuk pemanfaatan pangan itu sendiri, Fadjry menuturkan, teknologi pasca panen juga berguna bagi pemanfaatan limbah pertanian untuk produk non pangan. Seperti dalam produksi sol sepatu berbahan baku jerami yang saat ini sudah dikomersialisasikan bahkan ekspor ke kawasan Eropa.
"Digitalisasi, otomatisasi, dan penerapan kecerdasan buatan teknologi diprediksi mampu memberikan lompatan dalam efisiensi dan daya saing," ujar dia.