REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo mengatakan merajut etika dan nilai kemanusiaan merupakan kunci kemajuan ruang digital Indonesia.
Menurutnya hal tersebut adanya keprihatinan bahwa Indonesia diklaim oleh Microsoft sebagai negara yang tidak sopan dalam bermedia sosial. Meskipun demikian ia menegaskan pernyataan Microsoft tersebut tidak benar kenyataannya pengguna internet Indonesia yang berjumlah lebih kurang 202.600.000 jiwa itu sangat sopan dan beradab.
Ia memaparkan bahwa seluruh bangsa Indonesia seharusnya dapat menjadikan penelitian dari Microsoft tersebut sebagai titik refleksi apakah sejauh itu warganet Indonesia bersikap tidak sopan dan merusak? Sebegitu jauhkah kita menjauhi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang tertanam dalam Pancasila dan lebih memilih ideologi kematian? Begitu dalamkah kita kehilangan kemanusiaan dan terjebak pada hoaks, berita kebencian dan permusuhan?.
Dirinya juga menjelaskan bahwa supaya tidak berlarut larut diam dalam Ideologi kematian tersebut maka kita perlu menanamkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai kebangsaan yang tercakup pada Pancasila. "Kita juga harus mampu menjadikan Pancasila sebagai gugus insting yang mempengaruhi cara berpikir, bertindak, bernalar, berelasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujarnya.
“Kita yang bijak dan paham mengenai tidak bermanfaatnya ujaran kebencian, berita buruk dan hoaks jangan mengalah kepada mereka yang mengedepankan kekerasan dan hoaks sebagai hal yang mereka percaya, rebut kembali ruang digital dengan nilai nilai kemanusiaan yang bersumber dari Pancasila”, paparnya saat menjadi narasumber pada webinar dengan tema “Netizen Indonesia tidak Beradab”? Sabtu, (9/10).
Merajut kembali etika dan nilai kemanusiaan merupakan kunci kemajuan ruang digital Indonesia masyarakat Indonesia harus dapat mewujudkan Pancasila sebagai living and working ideology. Caranya dengan mengisi ruang publik dan ruang digital Indonesia dengan logos (ilmu) pathos (empati dan rasa) serta etos (cara kerja) tentang Pancasila.
"Jika tiga hal itu dapat saling menyatu dan hidup nyata dalam proses berkegiatan maka niscaya nilai-nilai luhur kemanusiaan dan Pancasila dapat benar benar dilaksanakan dan dibumikan dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia," katanya.