Selasa 12 Oct 2021 16:26 WIB

Indonesia Ingin Uji Klinis Vaksin Malaria RTS,S

Kementerian Kesehatan tengah berkonsultasi dengan WHO tentang vaksin malaria.

Red: Reiny Dwinanda
Nyamuk Anopheles gambiae, vektor dari parasit malaria, menyedot darah ketika mengigit peneliti  the International Centre for Insect Physiology and Ecology (ICIPE) di Nairobi, Kenya, April 2008. Untuk pertama kalinya, WHO menyetujui penggunaan vaksin malaria MosquirixTM buatan perusahaan farmasi multinasional Inggris, GlaxoSmithKline, untuk anak-anak di Afrika.
Foto: EPA
Nyamuk Anopheles gambiae, vektor dari parasit malaria, menyedot darah ketika mengigit peneliti the International Centre for Insect Physiology and Ecology (ICIPE) di Nairobi, Kenya, April 2008. Untuk pertama kalinya, WHO menyetujui penggunaan vaksin malaria MosquirixTM buatan perusahaan farmasi multinasional Inggris, GlaxoSmithKline, untuk anak-anak di Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan berharap Indonesia dapat melakukan uji klinis vaksin malaria pertama di dunia yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni vaksin RTS,S. Sejauh ini, WHO baru menargetkannya untuk anak-anak di Afrika.

"Saat ini kami sedang melakukan konsultasi dengan WHO dan para ahli vaksin yang sedang mengembangkan vaksin malaria di Indonesia, serta dengan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) untuk dapat menyikapi temuan vaksin baru yang efektif terhadap malaria tersebut," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kemkes Dr. drh. Didik Budijanto, MKes saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Menurut Didik, perlu dilakukan uji klinis di Indonesia untuk melihat efektivitasnya di Tanah Air jika dapat mengakses vaksin RTS,S tersebut. Di Indonesia, para peneliti juga masih mengembangkan vaksin penyakit yang disebabkan parasit Plasmodium falciparum iyang dibawa nyamuk itu.

"Kami berharap dapat melakukan uji klinis di Indonesia jika kita dapat mengakses vaksin baru tersebut, sambil menunggu vaksin buatan para peneliti Indonesia," tuturnya.

Didik mengungkapkan, vaksin malaria dapat membantu menurunkan angka kematian di daerah endemis tinggi. Ia menuturkan, vaksin malaria dapat digunakan untuk kelompok bayi di bawah lima tahun (balita) di daerah endemis tinggi, yang paling rentan terhadap kematian malaria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement