Selasa 12 Oct 2021 16:33 WIB

Pertama Kali Penduduk Beita Palestina Capai Tanah Rampasan

Warga Beita akan memetik hasil panen zaitun.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Pertama Kali Penduduk Beita Palestina Capai Tanah Rampasan. Warga Palestina mengusir pemukim Israel di kebun zaitun miliknya
Foto: sahabatalaqsha
Pertama Kali Penduduk Beita Palestina Capai Tanah Rampasan. Warga Palestina mengusir pemukim Israel di kebun zaitun miliknya

REPUBLIKA.CO.ID, BEITA -- Untuk pertama kalinya sejak diambil alih oleh Israel, ratusan warga Palestina dari desa terkepung Beita berhasil mencapai tanah rampasan. Dengan dimulainya musim panen zaitun di Palestina, penduduk dan pemilik tanah Beita menuju puncak Gunung Sabih, Jabal Sabih pada Ahad (10/10) untuk memetik hasil panen.

Daerah tersebut telah menjadi lokasi pos terdepan Israel ilegal di Evyatar yang awal tahun ini puluhan pemukim mendirikan karavan di bawah perlindungan militer Israel. “Kami semua takut tidak dapat mencapai tanah kami. Saya tidak bisa tidur tadi malam karena takut. Kami sangat khawatir. Saya takut ada serangan dari pemukim atau tentara yang melemparkan bom gas ke kami,” kata salah seorang yang memiliki tanah di Jabal Sabih, Aisha Khader (62 tahun).

Baca Juga

Keluarga-keluarga Palestina berhasil mencapai tepi tanah mereka sekitar 60 meter dari pos terdepan pemukim ketika tentara Israel berjaga-jaga. Jabal Sabih di Beita, sebuah desa Palestina di pinggiran selatan Nablus di Tepi Barat utara yang diduduki telah menjadi lokasi konfrontasi intens tahun ini setelah berbagai upaya pemukim Israel mengambil alih wilayah Palestina.

Pada Mei 2021, sekitar 50 keluarga pemukim Israel pindah setelah mereka mendirikan satu set karavan di Jabal Sabih yang membentang sekitar 3,5 hektare. Kehadiran mereka bersama dengan tentara untuk melindungi mereka, membuat warga Palestina tidak dapat mengakses wilayah mereka.

Akibatnya, warga Beita melakukan aksi perlawanan yang dimulai pada Maret dan para pemukim dievakuasi pada awal Juli. Namun, tentara tetap ditempatkan di sana untuk menjaga karavan dan mencegah warga Palestina mencapai tanah mereka. Sejauh ini, tentara Israel telah membunuh tujuh warga Palestina dengan penembakan terakhir pada 24 September.

Ratusan orang terluka oleh peluru baja berlapis karet dan tabung gas air mata. Daerah itu berada di bawah ancaman penyitaan resmi oleh tentara Israel yang mungkin menyatakannya sebagai tanah negara atau mengubahnya menjadi pangkalan militer.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement