REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada Senin, 12 Rabiul Awwal pendapat ini yang cukup populer di kalangan ulama.
Tetap ada juga sebagai ulama yang berpendapat pada tanggal delapan di bulan yang sama, ada juga yang berpendapat pada tanggal sepuluh. Ada lagi yang berpendapat pada malam ke-12.
Az Zubair bin Bakar menyatakan, "Nabi Muhammad dilahirkan pada bulan Ramadhan." Namun, pendapat ini syaadz (ganjil). Hal ini diceritakan As Suhaili dalam Ar-Raudh-nya. Terkait tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, peristiwa agung itu terjadi pada tahun Gajah, tepatnya 50 hari sesudahnya.
Ada yang berpendapat 58 hari sesudahnya. Ada juga yang berpendapat 10 tahun sesudahnya. Pendapat lain mengatakan 30 tahun setelah peristiwa tentara Gajah. Ada juga yang berpendapat 40 tahun sesudahnya
Adapun pendapat yang benar adalah Nabi Muhammad dilahirkan tepat pada tahun Gajah. Pendapat ini diceritakan Ibrahim bin Al-Mundzir Al Khuzami, guru Imam Al Bukhari dan Khalifah bin Khayyath serta ulama lainnya secara ijma.
Penjelasan ini dilansir dari buku Al-Fushuul fii Siirat Ar Rasuul yang ditulis Al Hafizh Ibnu Katsir, diterbitkan Daar Ghiras-Kuwait 2003 dan diterjemahkan Abu Ihsan al-Atsari serta diterbitkan lagi oleh Pustaka Imam Asy-Syafi'i.
Terkait ayah Nabi Muhammad SAW meninggal, juga ada sejumlah pendapat yaitu antara lain beliau wafat ketika Rasulullah SAW masih dalam kandungan ibunya. Ada juga yang berpendapat ayahnya wafat beberapa bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Bahkan ada yang berpendapat, ayah Nabi Muhammad wafat dua tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi pendapat yang pertama lebih masyhur.
Nabi Muhammad SAW disusukan di kabilah Bani Sa'ad. Ibu susu yang menyusui beliau bernama Halimah As Sa'diyyah sebagaimana yang telah diriwayatkan dengan sanad shahih. Nabi Muhammad SAW tinggal di kabilah tersebut selama dalam penyusuan Halimah, sekitar empat tahun.
Kemudian, terjadilah peristiwa dibelahnya dada Rasulullah SAW oleh Malaikat Jibril di kampung tersebut. Akhirnya Nabi Muhammad SAW dikembalikan kepada ibunya. Setelah itu, Rasulullah SAW dibawa ibunya ke Kota Madinah untuk mengunjungi paman-paman beliau yang tinggal di sana. Ibu Nabi Muhammad (Ibu Aminah) pun meninggal dunia di kampung Abwa, yaitu saat perjalanan pulang ke Kota Makkah. Ketika itu usia Nabi Muhammad SAW baru enam tahun tiga bulan sepuluh hari. Ada yang berpendapat bahwa Nabi Muhammad saat itu baru berusia empat tahun.
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya, ketika Nabi Muhammad melewati wilayah Abwa dalam perjalanan menuju Makkah pada tahun penaklukan kota tersebut, Rasulullah SAW meminta izin kepada Rabb-Nya untuk menziarahi kuburan ibunya. Beliau pun diberiizin. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW menangis, sehingga menyebabkan orang-orang di sekitar beliau turut menangis. Pada saat itu, beliau membawa seribu orang pasukan yang memakai topi baja.
Sepeninggal ibunya, Nabi Muhammad SAW diasuh Ummu Aiman, budak yang diwariskan dari ayahnya. Sesudah itu, beliau diasuh kakeknya, Abdul Muththalib.
Menginjak usia delapan tahun, kakeknya pun meninggal dunia. Abdul Muththalib berpesan agar beliau dirawat oleh pamannya, Abu Thalib. Sebab dia adalah saudara kandung ayah beliau, Abdullah.
Maka Nabi Muhammad pun diasuh oleh pamannya. Abu Thalib benar-benar memelihara beliau dengan sebaik mungkin. Bahkan, Abu Thalib membela beliau saat diutus menjadi Rasul dengan segala kemampuannya yang dimilikinya.
Hanya saja, sayangnya Abu Thalib masih tetap dalam kemusyrikan hingga ajal menjemputnya. Oleh karena itu, Allah memberikan keringanan siksa terhadapnya, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits sahih.