REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando Ersento Maraden Sitorus menganalisa peluang Prabowo Subianto kian sulit untuk memenangi Pilpres 2024. Menurutnya, Prabowo sudah kehilangan pendukungnya pasca-masuk dalam lingkaran kekuasaan.
Fernando mengamati, Prabowo memang selalu unggul dalam survei Capres. Namun, menurutnya, hasil survei itu bisa saja berbanding terbalik saat Pilpres diselenggarakan.
"Walaupun hasil lembaga survei mengunggulkan Prabowo namun sangat sulit akan memenangkan pilpres 2024. Prabowo sudah banyak ditinggalkan oleh pemilihnya pada 2019 yang lalu terutama para pendukung Gerakan 212," kata Fernando kepada Republika, Selasa (12/10).
Seusai kalah di Pilpres 2019, Prabowo memilih bergabung dengan pemerintahan Joko Widodo. Prabowo mengemban amanah sebagai Menteri Pertahanan.
Namun, Fernando menganggap, hal ini tak lantas membuat Prabowo mendapat simpati pendukung Jokowi. Aroma persaingan keduanya dianggap tak membuat pendukung Jokowi beralih ke Prabowo.
"Prabowo tidak akan mendapatkan dukungan dari para pemilih Jokowi pada pilpres 2019 yang lalu," ujar Fernando.
Oleh karena itu, Fernando menyarankan, agar Prabowo memilih mundur dari pertarungan Capres di 2024. Dia mengusulkan, agar Prabowo sebaiknya menyiapkan kader Gerindra yang potensial untuk Pilpres 2024.
Baca juga : Nasgor Rasa Integritas, Harapan Rehabilitasi dan Klaim Polri
"Sebaiknya Prabowo mempersiapkan kader Partai Gerindra lainnya untuk ikut pilpres 2024 yang akan datang, seperti Sandiaga," ucap Fernando.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani mengungkapkan bahwa Prabowo berpeluang besar kembali maju sebagai calon presiden di 2024. Hal tersebut disampaikannya ketika menghadiri Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) DPD Gerindra Sulawesi Selatan.
"Saya katakan, 2024 Pak Prabowo Insya Allah akan maju dalam laga pilpres. Majunya beliau karena begitu masifnya permintaan kita semua," ujar Muzani lewat keterangannya, Ahad (10/10).