REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia bertemu langsung dengan Chairman of the Board of Management (CEO) Volkswagen Group Components Thomas Schmall dalam kunjungan kerjanya ke Wolfsburg, Jerman. Dalam pertemuan itu, Bahlil menjelaskan tentang komitmen pemerintah Indonesia dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dari hulu hingga ke hilir.
Kementerian Investasi/BKPM menyatakan siap memfasilitasi kebutuhan bahan baku industri baterai dan kendaraan listrik Volkswagen di Eropa dan seluruh dunia. Bahlil juga mendorong Volkswagen merealisasikan rencana investasi mereka dalam industri pemurnian nikel hingga produksi Precursor Cathode Active Materials (PCAM) di Indonesia.
"Saya datang langsung ke sini, untuk menunjukkan keseriusan pemerintah Indonesia dalam memfasilitasi rencana investasi Volkswagen di Indonesia. Tidak usah khawatir dengan perizinan dan insentif yang akan diberikan pemerintah Indonesia. Kami akan urus langsung," kata Bahlil melalui keterangan resmi, Selasa (12/10).
Bahlil yakin dengan potensi Indonesia yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Hal ini tentunya menjadi peluang bagi produsen mobil listrik di dunia masuk dan berinvestasi di Tanah Air.
"Saya ingin ada banyak pemain di industri baterai dan mobil listrik di Indonesia agar industri ini tumbuh pesat. Supaya konsumen memiliki banyak pilihan dan harga pun menjadi kompetitif," ungkap dia.
Thomas Schmall mengapresiasi dukungan dari Kementerian Investasi/BKPM terkait rencana investasi Volkswagen di Indonesia. Menurutnya, Volkswagen Group mempunyai ketertarikan membangun industri pemurnian nikel hingga PCAM di Indonesia, tidak hanya mengimpor saja dari Indonesia.
Volkswagen juga ingin mengetahui lebih lanjut terkait rantai nilai potensial bahan baku baku baterai dari Indonesia bagi kebutuhan pabrik baterai di Eropa yang akan datang. Begitu juga informasi terkini mengenai regulasi ekspor di Indonesia.
"Kami melihat potensi ekosistem mobil listrik yang besar di Indonesia mengingat berlimpahnya bahan baku yang ada. Kami berharap dukungan dari Kementerian Investasi/BKPM dalam memberikan rekomendasi pasokan bahan baku serta biaya yang stabil untuk produksi baterai pertama Volkswagen yang dijadwalkan akan dimulai pada kuartal II 2025 mendatang," kata Thomas.