Rabu 13 Oct 2021 12:18 WIB

Eks Presiden Myammar: Militer Paksa Saya Serahkan Kekuasaan

Presiden menolak permintaan militer dan menegaskan ia masih sehat.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Presiden Myanmar terguling Win Myint
Foto: EPA-EFE / NYEIN CHAN NAING
Presiden Myanmar terguling Win Myint

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Mantan Presiden Myanmar Win Myint dalam pengadilan bersaksi bahwa, para jenderal mencoba memaksanya menyerahkan kekuasaan beberapa jam sebelum kudeta pada 1 Februari. Para jenderal militer tersebut mengancam Win Myint, jika dia menolak untuk menyerahkan kekuasaan.

Win Myint bersaksi di pengadilan bersama pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi yang juga digulingkan oleh militer. Mereka bersaksi atas tuduhan telah mengirimkan surat kepada kedutaan yang mendesak para diplomat agari tidak mengakui rezim militer.

Baca Juga

Win Myint mengatakan kepada pengadilan di ibu kota Naypyidaw bahwa, dua pejabat senior militer mendekatinya pada 1 Februari dan memintanya untuk mengundurkan diri, dengan alasan kesehatan yang buruk.

"Presiden menolak permintaan mereka, dengan mengatakan bahwa dia dalam keadaan sehat. Para pejabat senior militer memperingatkan bahwa penolakan itu akan menyebabkan banyak kerugian, tetapi presiden mengatakan kepada mereka bahwa dia lebih baik mati daripada menyetujuinya," kata pengacara Win Myint, Khin Maung Zaw, dilansir Aljazirah, Rabu (13/10).

Khin Maung Zaw mengatakan, pembela menolak tuduhan terhadap Win Myint dan Aung San Suu Kyi karena mereka ditahan tanpa komunikasi. Win Myint dan Aung San Suu Kyi telah menolak beberapa tuduhan terhadap mereka. Pengacara pembela, yang mewakili mereka berdua mengatakan, Suu Kyi telah menyarankan agar kesaksian di pengadilan diumumkan ke publik.

Militer Myanmar melakukan kudeta setelah partai Suu Kyi memenangkan pemilihan umum pada November tahun lalu. Para jenderal militer mengatakan, mereka melakukan kudeta karena ada kecurangan dalam pemilu yang dapat mengancam kedaulatan negara. Namun, komisi pemilihan umum tidak menemukan bukti kesalahan dalam pemungutan suara.

Wakil Presiden Myanmar Myint Swe kemudian dilantik sebagai presiden pada 1 Februari, dan segera menyerahkan kekuasaan kepada militer untuk mengawasi keadaan darurat. Para jenderal militer belum mengungkapkan secara terbuka bagaimana Myint Swe mengambil alih kursi kepresidenan dari Win Myint.

Kudeta militer menimbulkan aksi protes di segala penjuru Myanmar. Militer telah menindak para pengunjuk rasa dengan menggunakan kekerasan. Pada Rabu (13/10), sebuah unggahan di media sosial menunjukkan rumah-rumah di wilayah Sagaing, Mandalay dan Magway dihancurkan oleh militer. Unggahan lain menunjukkan serangan  di sebuah desa di wilayah Sagaing.  Setidaknya 10 aktivis politik dilaporkan ditahan oleh pihak berwenang di Dagon, Yangon pada Selasa (12/10).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement