Rabu 13 Oct 2021 16:34 WIB

Cegah Kelangkaan BBM, Erzaldi Audiensi BPH dan Pertamina

Gubernur Erzaldi pertanyakan kelangkaan BBM ke Pertamina Patra Niaga

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Erzaldi Rosman, Gubernur Bangka Belitung mampu beraudiensi dengan PT Pertamina Patra Niaga dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), di Jakarta, pada Senin, (11/10) lalu.
Foto: Pemprov Babel
Erzaldi Rosman, Gubernur Bangka Belitung mampu beraudiensi dengan PT Pertamina Patra Niaga dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), di Jakarta, pada Senin, (11/10) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekali libas pada hari yang sama, Erzaldi Rosman, Gubernur Bangka Belitung mampu beraudiensi dengan PT Pertamina Patra Niaga dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), di Jakarta, pada Senin, (11/10) lalu. 

Bertemu PT Pertamina Patra Niaga, Erzaldi diterima Direktur Utama (Dirut) Alfian Nasution, Direktur Pemasaran Regional Jumali, serta Direkur Rekayasa dan Infrastruktur Darat Eduward Adolof Kawi. Sementara di BPH Migas, ia diterima Kepala BPH Migas, Erika Retnowati.

Ia melakukan pertemuan dengan kedua pimpinan masing-masing lembaga itu dengan membawa agenda krisis stok bahan bakar di wilayah yang ia pimpin. Karena saat ini di Babel khususnya di Pulau Belitung, BBM jadi barang langka akibat kegiatan tambang yang intensitasnya makin tinggi dikarenakan harga timah melonjak. 

Akibatnya antre di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) mengular. Bahkan, jangankan solar, Pertamax pun habis disikat pengerit. Maka di depan Kepala BPH Migas, Erzaldi berharap dapat mempertimbangkan permohonannya perihal penambahan kuota BBM. 

"Menimbang hal tersebut, saya meminta BPH Migas untuk menambah kuota BBM khususnya Pertalite untuk Pulau Belitung," harap Erzaldi atas persoalan kelangkaan BBM terutama jenis Pertalite yang kerap terjadi saat ini di Pulau Belitung. 

Bukan hanya itu saja. Gubernur Erzaldi juga mengungkapkan, kondisi tangki cadangan Pertamina Babel saat ini hanya bermuatan cukup untuk kebutuhan 3 hari, sehingga apabila kuota sudah menipis, pihak Pertamina akan melakukan pembatasan yang membuat antrean di SPBU semakin panjang.

"Dengan pemakaian Pertalite dan Pertamax yang digunakan secara masif untuk pertambangan membuat pasokan terus menipis, sehingga terjadi kenaikan harga di tingkat pengecer dan juga berimbas pada kenaikan harga barang pokok di wilayah tersebut," ungkapnya. 

Selain menyebut kelangkaan BBM di wilayahnya, Erzaldi mendorong BPH Migas untuk mendirikan SPBU Nelayan di beberapa pulau kecil, yang notabene akivitas penduduknya adalah nelayan. 

Dengan beroperasinya SPBU Nelayan tersebut diharapkan dapat bermanfaat khususnya untuk kelompok nelayan di sekitar wilayah pesisir, sehingga lebih dekat, lebih mudah, dan aktivitas melaut pun lebih lancar. Menanggapi hal itu, Kepala BPH Migas Erika Retnowati menyambut positif dan siap mendukung pembangunan SPBU Nelayan tersebut, selagi mendapat dukungan dari pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement