REPUBLIKA.CO.ID, JAYAWIJAYA -- Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Papua, mengakui sebagian anak memilih menggantungkan hidupnya di jalan atau menjadi anak jalanan dengan meminta-minta. Anak-anak itu tidak bisa terhindar dari pengaruh buruk seperti mengkonsumsi minuman keras.
"Anak-anak ini merasa ketika mereka di jalan, bisa bersenang-senang dan bertemu teman-teman mereka tanpa mereka harus memikirkan kalau mereka di rumah, mungkin orang tua marah karena mungkin hanya bermain," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP2AKB) Jayawijaya Ramlia Salim di Wamena Kabupaten Jayawijaya, Rabu (13/10).
Menurut dia, DP2AKB hanya melakukan pemenuhan hak anak yang meliputi hak untuk hidup serta hak untuk tumbuh kembang. Ia mengatakan persoalan itu sebenarnya merupakan ranah dinas sosial setempat.
"Selama ini kalau dilihat, partisipasi dari anak-anak ini lebih banyak kurang positif. Namun sebenarnya ada sebab akibat mereka seperti itu," katanya.
Pemkab Jayawijaya menyebutkan sebagian dari anak-anak jalanan yang setiap hari dijumpai di pusat kota Jayawijaya, berasal dari sejumlah kabupaten pemekaran yang dekat dengan Jayawijaya. "Sebenarnya bukan hanya pekerjaan rumah untuk Pemkab Jayawijaya tetapi juga pemerintah kabupaten pemekaran, karena sebenarnya anak-anak ini tidak sendirian. Ada keluarganya namun mereka tinggalkan karena merasa nyaman berada di luar rumah," katanya.
Berdasarkan pantauan, anak jalanan ditemukan setiap hari dan tampak tidak terurus serta mengisap lem.