Rabu 13 Oct 2021 17:52 WIB

China: Latihan Militer untuk Peringatkan Taiwan dan AS

Latihan militer China disebut juga untuk menjaga stabilitas di Selat Taiwan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Latihan militer China (Ilustrasi). China menggelar latihan militer bersama Rusia untuk mendemonstrasikan kemampuan kedua belah pihak dalam menghadapi serangan teroris dan menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan.
Foto: EPA
Latihan militer China (Ilustrasi). China menggelar latihan militer bersama Rusia untuk mendemonstrasikan kemampuan kedua belah pihak dalam menghadapi serangan teroris dan menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China mengatakan, latihan militer yang dilakukannya baru-baru ini dimaksudkan memberi peringatan kepada Taiwan dan pihak pendukung kemerdekaan wilayah tersebut. Itu merupakan isyarat yang mengarah pada Amerika Serikat (AS).

 “Kegiatan pelatihan PLA (People Liberation Army/Tentara Pembebasan Rakyat Cina) menargetkan pihak pemecah ‘kemerdekaan Taiwan’ dan campur tangan oleh kekuatan eksternal,” kata juru bicara Kantor Urusan Taiwan Ma Xaioguang dalam konferensi pers reguler pada Rabu (13/10).

Baca Juga

Kendati demikian, dia menekankan, bahwa latihan militer China juga bertujuan menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Ma menyalahkan Democratic Progressive Party (DPP) selaku partai yang berkuasa di Taiwan atas meningkatnya eskalasi di kawasan tersebut

“Jika otoritas DPP dengan keras kepala bertahan dan tidak berhenti sebelum terlambat, itu hanya akan mendorong Taiwan ke dalam situasi yang lebih berbahaya,” kata Ma.

Sebelumnya Kementerian Pertahanan Taiwan mengungkapkan, pihaknya mendeteksi 153 pesawat militer Cina di sebelah barat wilayah udara internasionalnya. Itu termasuk 150 penerbangan dalam rentang lima hari. Pekan lalu, Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng mengatakan, ketegangan di Selat Taiwan saat ini berada pada tingkat paling parah dalam empat dekade terakhir.

Chiu menilai, PLA akan memiliki kemampuan untuk menyerang Taiwan dengan konsekuensi rendah pada 2025. Sementara itu, pemerintahan Presiden AS Joe Biden tetap menegaskan dukungannya pada Taiwan. AS menggambarkan latihan angkatan udara China tak stabil dan berisiko salah perhitungan.

Juru bicara Departemen Pertahanan AS John Kirby menekankan, kebijakan Washington berbeda dari prinsip “Satu China” yang diusung Negeri Tirai Bambu. Sebab dalam prinsip tersebut, China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayah kekuasaannya.

Kendati demikian, Kirby mengatakan, AS akan terus mendukung penyelesaian damai antara Cina dan Taiwan. “Komitmen kami untuk Taiwan sangat kokoh dan berkontribusi pada pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di selat serta di kawasan, sekali lagi, sesuai dengan kebijakan 'satu China,” kata Kirby.

AS memutuskan hubungan formal dengan Taiwan pada 1979. Namun ia tetap menjadi pendukung internasional terkuat Taipei. Washington merupakan mitra utama Taiwan dalam bidang pertahanan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement