REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Munculnya paham Negara Islam Indonesia (NII) baru-baru ini cukup mengkhawatirkan banyak pihak. Terutama karena orang-orang yang diincar doktrin ini adalah para remaja atau generasi milenial.
Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU), KH Mahbub Maafi, mengungkapkan saat ini sebenarnya ada banyak kiai-kiai atau pendakwah yang mengajarkan wawasan yang benar. Kendati demikian, tidak banyak masyarakat, terutama remaja yang mengikutinya karena dinilai tidak menarik.
“Problemnya ada orang yang alim dengan sanad keilmuannya yang jelas tapi nggak laku karena mungkin metode yang dipakai metode lama. Mereka paham kitab yang biasa dikaji di pengajian, tapi peminatnya sedikit,” jelasnya, Rabu (13/10).
Menurutnya, saat ini dakwah yang dikemas dengan teknologi lebih banyak disukai dibanding pengajian kitab tradisional. “Memang sekarang itu trennya, pengajian itu lebih modern,” ujarnya.
Kiai Mahbub mengungkapkan pentingnya peran pemerintah untuk memberi pelatihan teknologi bagi para pendakwah di kampung atau desa-desa kecil. Hal ini penting agar para remaja tertarik dan belajar wawasan keislaman dari guru-guru yang baik.
“Penting untuk memberikan fasilitas pelatihan kepada kiai-kiai agar melek teknologi. Itu penting juga, karena menjadi bagian untuk menarik orang. Karena mungkin mereka nggak punya modal untuk belajar begitu-begitu,” jelasnya.
Selain dari sisi pendakwah, dia menyebut pentingnya memilih guru yang benar dengan sanad keilmuan yang jelas. Keilmuan yang baik akan menghindarkan seseorang terpapar paham-paham menyimpang.
“Ini problem yang tidak bisa ditangani satu pihak, tapi seluruh elemen masyarakat juga. Bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, tapi seluruh elemen masyarakat harus memberikan upaya-upaya bersama dalam mencegah hal hal tersebut,” katanya.