Rabu 13 Oct 2021 22:52 WIB

Menparekraf Ingin Desa Wisata Cikakak Banyumas Naik Kelas

Di desa ini, ada habitat ribuan kera ekor panjang hidup berdampingan dengan warga.

Menparekraf Sandiaga Uno (tengah) mengikuti kirab gunungan yang terbuat dari buah-buahan untuk memberi makan kera liar pada Festival Rewanda Bojana di Desa Cikakak, Wangon, Banyumas, Jateng, Rabu (13/10/2021). Sandiaga Uno melakukan proses peninjauan dan penilaian langsung di Desa Cikakak, Banyumas, Jateng, yang masuk dalam 50 Besar Desa Wisata Terbaik pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria
Menparekraf Sandiaga Uno (tengah) mengikuti kirab gunungan yang terbuat dari buah-buahan untuk memberi makan kera liar pada Festival Rewanda Bojana di Desa Cikakak, Wangon, Banyumas, Jateng, Rabu (13/10/2021). Sandiaga Uno melakukan proses peninjauan dan penilaian langsung di Desa Cikakak, Banyumas, Jateng, yang masuk dalam 50 Besar Desa Wisata Terbaik pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, menginginkan Desa Wisata Cikakak, Banyumas, Jawa Tengah, mampu naik kelas dengan mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman).

"Keberpihakan kami dengan program andalan desa wisata untuk menghadirkan kesejahteraan masyarakat, terbukanya lapangan kerja, dan transformasi Desa Wisata Cikakak menjadi destinasi berkelas nasional, internasional, mungkin juga destinasi berkelas dunia," kata dia dalam rangkaian Kunjungan 50 Desa Wisata Terbaik ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 di desa tersebut sebagaimana dikutip dari keterangan pers di Jakarta, Rabu (13/10).

Desa Cikakak dikenal dengan habitat ribuan kera ekor panjang yang hidup berdampingan dengan warga di area hutan di sekitar pemukiman warga, seperti halnya Desa Sangeh, Bali. Di desa itu juga terdapat ritual Rewanda Bojana (pemanggilan kera) di mana para kera itu turun untuk mengambil sajian yang ada di gunungan buah.

Selain adanya wisata yang kental dengan adat istiadat dan kebudayaan, menurut dia, terdapat peninggalan sejarah religi yaitu Masjid Saka Tunggal yang konon dibangun pada1288. Sandiaga mengharapkan tempat itu mampu menjadi daya tarik untuk mendatangkan wisatawan Nusantara ataupun mancanegara.

"Ini tentu akan kami riset lagi kalau betul (dibangun) 1288, ini berarti lebih tua dari Masjid Demak. Ini berarti juga menjadi destinasi wisata religi," ujarnya.

Dia juga mengakui bahwa para pelaku wisata dalam dua tahun terakhir tidak merasakan kunjungan wisatawan akibat adanya pandemi Covid-19. Kehadirannya disebut sebagai apresiasi kepada Bupati Banyumas Achmad Husein atas kepemimpinannya dalam mengendalikan Covid-19.

Mengenai produk batik Banyumas, dia mengharapkan motif batik "Ngapak Cikakak" dapat jauh lebih dikenal serta menjadi suvenir untuk membuka lapangan kerja bagi ibu-ibu anggota kelompok wanita tani (KWT) maupun pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK).

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement