Kamis 14 Oct 2021 06:48 WIB

BRI Catat Rekor Kapitalisasi Pasar Terbesar

Kapitalisasi pasar BBRI menembus Rp 638,39 T pada penutupan perdagangan bursa Selasa

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Gedung Kantor Pusat BRI
Foto: BRI
Gedung Kantor Pusat BRI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) (Persero) Tbk mencatat kapitalisasi pasar tertinggi sepanjang sejarah melantai pada 2003 di pasar modal (all time high). Mengutip data Bloomberg, kapitalisasi pasar BBRI menembus Rp 638,39 triliun pada penutupan perdagangan bursa Selasa kemarin (12/10).

Sebelumnya kapitalisasi pasar terbesar sepanjang sejarah BRI sebesar Rp 603,06 triliun per 20 Januari 2021. Adapun pencapaian ini semakin mengukuhkan perseroan menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan kapitalisasi pasar terbesar.

Kapitalisasi pasar BBRI yang menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah tersebut terdorong penambahan jumlah saham dari rights issue dalam rangka Holding Ultra Mikro. Seperti diketahui, BRI menyelesaikan proses rights issue dalam rangka penguatan ekosistem usaha ultra mikro nasional melalui Holding Ultra Mikro (UMi) bersama dengan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan suksesnya pelaksanaan rights issue dan pergerakan positif saham BBRI pasca rights issue merupakan apresiasi dan dukungan positif dari investor terhadap langkah strategis BRI.

"Peningkatan kapitalisasi pasar yang menembus all time high itu tak terlepas dari kejelasan visi dan strategi BRI ke depan dengan value proposition dari rights issue tersebut. Yakni penguatan ekosistem usaha ultra mikro nasional sebagai sumber pertumbuhan baru bagi perseroan," ujarnya dalam keterangan resmi seperti dikutip Kamis (14/10).

Menurutnya, langkah tersebut merupakan komitmen BRI dalam memperkuat core competency segmen mikro dan UMKM secara umum. Dengan menyasar segmen ultra mikro, BRI siap masuk ke segmen bisnis yang lebih kecil dari mikro atau go smaller namun dengan potensi ekonomi yang besar.

Holding Ultra Mikro juga akan berkontribusi terhadap konsep-konsep pembangunan yang berdasarkan environmental, social, dan governance (ESG). Melalui pemberdayaan pelaku usaha ultra mikro, BRI selaku induk Holding Ultra Mikro akan meningkatkan kapabilitas usaha di segmen tersebut, serta peningkatan literasi dan inklusi keuangan.

Terkait potensi bisnis yang besar ekosistem usaha UMi tersebut Sunarso menegaskan pada 2019 dari 65 juta usaha mikro atau 98,67 persen dari total usaha di Indonesia, terdapat sekitar 58 juta usaha ultra mikro di dalamnya. Namun hanya sekitar 20 juta usaha ultra mikro saja yang telah memperoleh akses pendanaan dari sumber formal seperti bank, BPR, perusahaan gadai, koperasi, maupun lembaga keuangan lainnya.

Sedangkan sekitar 12 juta usaha ultra mikro baru mendapat akses pendanaan dari sumber informal, seperti keluarga, kerabat, dan lembaga lainnya. Masih terdapat pula sekitar 14 juta usaha ultra mikro yang belum memiliki akses pendanaan sama sekali.

Dengan hadirnya Holding Ultra Mikro, perseroan optimis mampu menjaga pertumbuhan kredit segmen mikro sekitar 14 persen sampai 15 persen  per tahun. Kemudian khusus ultra mikro pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit kisaran 18 persen sampai 19 persen per tahun.

"Saya melihat kunci daripada suksesnya rights issue ini dan bahkan menjadikan rights issue ini terbesar di Asia Tenggara, sekali lagi adalah kejelasan visi dan strategi BRI ke depan. Kami ingin create value, tidak hanya BRI sebagai bank only tetapi melalui induk, melalui holding, melalui anak-anak perusahaan," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement