REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Abdullah Bin Zayed pada Rabu (13/10) mengatakan, dia akan mengunjungi Israel dalam waktu dekat. Dia sangat terkesan dengan hubungan bilateral antara UEA dan Israel yang berkembang pesat.
Bin Zayed menuturkan, tidak akan ada pembicaraan damai di Timur Tengah jika Israel dan Palestina tidak saling berdialog. Dia menekankan kesuksesan hubungan bilateral UEA-Israel akan memberikan dampak positif di kawasan.
"Jalan ini berhasil, bahwa jalan ini tidak hanya layak untuk diinvestasikan tetapi juga mengambil risiko," ujar Bin Zayed.
Pada September tahun lalu, para pemimpin Israel, UEA, dan Bahrain menandatangani Kesepakatan Abraham atau Abraham Accord di Gedung Putih. Kemudian pada Oktober tahun lalu, Israel dan Sudan mengumumkan mereka telah menormalisasi hubungan. Langkah serupa diikuti Maroko yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel pada Desember.
Para pejabat Palestina mengatakan, mereka merasa dikhianati negara Arab karena mencapai kesepakatan dengan Israel tanpa menuntut kemajuan menuju pembentukan negara Palestina. Sebelumnya hanya dua negara Arab yang menjalin hubungan penuh dengan Israel yaitu Mesir dan Yordania.
Amerika Serikat berupaya untuk memperluas kesepakatan normalisasi antara Israel dan negara-negara Arab. Pejabat senior Departemen Luar Negeri AS pada Selasa (12/10) berharap kesepakatan tersebut dapat memulihkan hubungan Israel dan Palestina.
“Kami terus menyambut kerja sama ekonomi antara Israel dan semua negara di kawasan. Kami berharap normalisasi dapat dimanfaatkan untuk memajukan kemajuan di jalur Israel-Palestina,” kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS yang berbicara dengan syarat anonim.
Pejabat itu menegaskan Kesepakatan Abraham bukan pengganti solusi dua negara antara Israel dan Palestina. Para pejabat AS tidak memberikan penjelasan lebih lanjut bagaimana Washington menggunakan perjanjian normalisasi sebagai alat untuk membuat kemajuan dalam masalah Israel-Palestina. Sejauh ini, solusi dua negara adalah jalan keluar untuk mengakhiri konflik Israel dan Palestina.
“Pemerintahan Biden telah memulai dengan komitmen yang jelas terhadap solusi dua negara. Kami melanjutkan dengan komitmen itu. Kami berusaha untuk maju semampu kami, dan sebaik mungkin,” kata salah satu pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya.