Kamis 14 Oct 2021 20:13 WIB

Wajah Baru Kawasan Cipanyir yang Tak Lagi Kumuh

Penataan Kawasan Cipanyir mulai dilaksanakan sejak Desember 2020 hingga Agustus 2021

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Anak-anak bermain di ruang terbuka yang ada di Kawasan Cipanyir, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Kamis (14/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P.
Anak-anak bermain di ruang terbuka yang ada di Kawasan Cipanyir, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Kamis (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kawasan Cipanyir yang berlokasi di antara Kelurahan Panyingkiran dan Kelurahan Cipedes, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, sempat dilabeli sebagai kawasan kumuh. Namun, label kumuh itu kini sudah hilang. 

Hal itu tampak ketika Republika mengunjungi kawasan yang dilalui aliran Sungai Ciloseh tersebut pada Kamis (14/10) sore. Di pinggir sungai, terdapat anak-anak yang sedang bersantai. Beberapa dari mereka sibuk dengan telepon pintarnya masing-masing. Sebagian lainnya saling berbicara satu sama lain sambil menikmati suasana. Tak hanya anak-anak, sejumlah orang dewasa juga ikut bersantai di tempat yang kini terlihat layaknya taman dengan lukisan berwarna-warni di sepanjang tembok penahan tebing (TPT).

Salah seorang warga sekitar, Sakiman (62) mengaku senang dengan penataan kawasan di lingkungannya. Menurut dia, kini memandang ke luar rumah menjadi lebih nikmat. "Jadi lebih enak kelihatannya," kata dia, di lokasi.

Ia menceritakan, sebelum dilakukan penataan, kawasan di pinggir sungai itu hanya ditumbuhi pohon bambu. Rumah-rumah warga juga semula membelakangi aliran sungai tersebut. Namun, saat ini muka rumah warga justru banyak yang dialihkan ke arah sungai.

Ketua rukun warga (RW) 8, Kelurahan Panyingkiran, Kecamatan, Cipedes, Kota Tasikmalaya, Nana Suryana mengatakan, saat ini lingkungannya sudah menjadi kampung wisata Cipanyir. "Dibangun pada 2019, baru selesai Agustus kemarin," kata dia.

Ia menjelaskan, di pinggit aliran Sungai Ciloseh hanya ditumbuhi tanaman bambu. Rumah-rumah warga di sekitarnya juga terlihat kumuh. Namun, pada 2019, kawasan itu ditata ulang oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku). Setelah dibangun, warga sekitar memanfaatkannya untuk bersantai.  "Orang dari luar kampung juga banyak yang berdatangan ke sini untuk foto-foto," kata Nana.

Dengan kawasan banyaknya pengunjung yang datang, warga sekitar memanfaatkannya dengan membuka warung. Alhasil, pemasukan warga setempat sedikit terbantu."Memang baru warung-warung kecil, belum maksimal, tapi sudah sedikit membantu," ujar dia.

Kendati demikian, Nana menilai, sarana dan prasarana di kawasan itu belum terlalu lengkap. Ia mencontohkan, di tempat itu belum terdapat tempat sampah. Sampah-sampah dari pemgunjung biasanya dibersihkan oleh warga sekitar.

Ia mengatakan, warga sekitar telah membuat permohonan kepada aparat pemerintah setempat untuk penyediaan tempat sampah. Namun, hingga saat ini belum terealisasi.

Selain itu, ia juga meminta pemerintah ikut merawat dan memelihara sarana dan prasarana yang sudah ada di kawasan tersebut. Manurut dia, untuk menjaga kebersihan, warga sekitar bisa melakukan swadaya kerja bakti. Namun, untuk pemeliharaan itu dibutuhkan anggaran. Sementara warga sekitar kawasan itu rata-rata merupakan kalangan masyarakat berpenghasilan rendah."Takutnya kan tempat yang sudah bersih ini jadi kotor lagi kalau tak dirawat," kata dia.

Melalui keterangan resmi, Kementerian PUPR menyebut penataan Kawasan Cipanyir bermula dari kegiatan penataan Permukiman Kumuh Perkotaan (PKP) skala lingkungan melalui program Padat Karya Tunai (PKT) KOTAKU pada 2018-2019. Program itu kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kawasan. Kepadatan dan ketidakberaturan permukiman serta minimnya infrastruktur menyebabkan kawasan ini menyandang predikat kumuh.

Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Barat, Ditjen Cipta Karya Oscar RH Siagian menyampaikan, penataan Kawasan Cipanyir mulai dilaksanakan sejak Desember 2020 dan telah selesai pada Agustus 2021. Diharapkan dengan selesainya penataan skala kawasan dapat mewujudkan lingkungan di Cipanyir menjadi kawasan yang terbebas dari kekumuhan dan meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. "Di lokasi sebelumnya sudah dilaksanakan program Kotaku melalui pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya tahun ini dilakukan peningkatan kualitas permukiman skala kawasan dengan pendekatan menata. Jadi harapannya memang selain mengurangi kesan kumuh juga dapat menjadi destinasi wisata edukasi," kata dia melaui keterangan resmi.

Untuk pekerjaan yang telah diselesaikan meliputi penataan kawasan permukiman di sepanjang Daerah Aliran Sungai Ciloseh dengan luas sekitar 15 hektare, revitaslisasi jembatan yang menghubungkan wilayah RW 8 Panyingkiran dan RW 7 Cipedes, rehabiitasi jalan lingkungan sepanjang 250 meter, pembuatan Ruang Terbuka Publik dengan memajukan lahan bantaran sungai. Selain itu, dilakukan pembangunan TPT sepanjang 200 meter, septik tank komunal berupa Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL), drainase lingkungan, dan tempat pengelolaan sampah reduce, Reuse, Recycle (TPS3R).  Anggaran program penataan kawasan itu diperkirakan sekitar Rp 6 miliar. Anggaran itu bersumber dari APBN TA 2021. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement