Jumat 15 Oct 2021 00:24 WIB

Suhadak, Ubah Konflik Gajah Jadi Kawasan Ekowisata

Suhadak meraih penghargaan kalpataru Sebagai solusi dari konflik gajah.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Dwi Murdaningsih
Tiga ekor gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) jinak yang tergabung dalam Elephant Response Unit (ERU) mencari makan di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung, Selasa (22/12/2020). TNWK yang berdasarkan survei tahun 2010 telah menjadi rumah bagi sekitar 247 ekor gajah liar, saat ini memiliki enam ekor gajah sumatra ERU yang dilatih untuk melakukan patroli rutin dan penghalauan gajah liar guna meminimalisir potensi konflik antara gajah dan manusia di kawasan itu.
Foto: ANTARA/Wahdi Septiawan
Tiga ekor gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) jinak yang tergabung dalam Elephant Response Unit (ERU) mencari makan di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung, Selasa (22/12/2020). TNWK yang berdasarkan survei tahun 2010 telah menjadi rumah bagi sekitar 247 ekor gajah liar, saat ini memiliki enam ekor gajah sumatra ERU yang dilatih untuk melakukan patroli rutin dan penghalauan gajah liar guna meminimalisir potensi konflik antara gajah dan manusia di kawasan itu.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Suhadak menerima penghargaan Kalpataru 2021 dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Gedung Manggala Wana Bhakti Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Jakarta, Kamis (14/10). Suhadak menjadikan konflik gajah dan manusia di perbatasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) menjadi konsep ekowisata.

Bupati Lampung Timur M Dawam Rahardjo mengatakan, Suhadak peraih penghargaan Kalpataru kategori pembina lingkungan yang telah melakukan pembinaan untuk membangkitkan kesadaran, prakarsa, dan peran serta masyarakat guna melestarikan fungsi dan tatanan lingkungan hidup.

Baca Juga

Suhadak melakukan hal tersebut di kampungnya Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, yang merupakan salah satu desa penyangga TNWK di Kabupaten Waykambas. “Ini judulnya konflik membawa berkah,” kata M Dawam Rahardjo dalam keterangan persnya kepada Republika.co.id, Kamis (14/10).

Bupati menyebutkan, Suhandak adalah sosok yang menjadi pionir dalam pengelolaan Ekowisata Desa Braja Harjosari. Dia yang menjadikan konflik gajah dan manusia akhirnya dikemas dalam konsep ekowisata berwawasan konservasi  dan bermanfaat secara sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat