REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Sekurangnya enam orang dilaporkan tewas dan 32 orang lainnya terluka akibat tembakan di ibu kota Lebanon, Beirut, Kamis (14/10) waktu setempat. Baku tembak dimulai saat aksi protes digelar oleh kelompok Muslim Syiah Hizbullah dan Amal terhadap hakim yang menyelidiki ledakan besar tahun lalu di pelabuhan.
Seperti dilansir laman BBC Jumat (!15/10), Muslim Syiah Hizbullah dan Amal mengatakan penembak jitu Kristen dari faksi Pasukan Lebanon (LF) menembaki kerumunan untuk menyeret Lebanon ke dalam perselisihan. Namun LF membantah tuduhan itu.
Ketegangan besar menyelimuti penyelidikan ledakan pelabuhan yang menewaskan 219 orang. Hizbullah dan sekutunya mengeklaim hakim bias, tetapi keluarga korban mendukung jalannya penyelidikan.
Hingga kini, belum ada pihak yang bertanggung jawab atas bencana yang terjadi pada Agustus 2020 yang menghancurkan sebagian besar kota. Menanggapi insiden demonstrasi Kamis, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengumumkan hari berkabung pada Jumat (15/10). Presiden Michel Aoun mengatakan pemerintah akan bertindak jika terjadi pelanggaran. "Kami tidak akan membiarkan siapa pun menyandera negara untuk kepentingan mereka sendiri," katanya.
Menurut laporan koresponden BBC di Beirut, Anna Foster, bentrokan dimulai dari protes di luar Istana Kehakiman oleh ratusan orang yang berpendapat bahwa penyelidikan telah dipolitisir dan menuntut pencopotan Hakim Tarek Bitar yang meningkat sangat cepat. Kemudian, tembakan keras meletus di jalan-jalan saat massa melewati bundaran di daerah Tayouneh-Badaro tengah.
Penduduk setempat harus meninggalkan rumah mereka. Anak-anak sekolah merunduk untuk berlindung di bawah meja ketika orang-orang bersenjatakan senapan otomatis dan peluncur granat roket menghadapi baku tembak di jalan-jalan. Mereka yang bentrok diyakini anggota milisi Syiah dan Kristen.
Bentrokan berlanjut selama beberapa jam sebelum ketenangan pulih. Di sekolah terdekat, para guru menginstruksikan anak-anak untuk berbaring telungkup di tanah dengan tangan di atas kepala.
Sumber rumah sakit dan militer mengatakan beberapa dari mereka yang tewas ditembak di kepala. Mereka termasuk seorang wanita yang terkena peluru nyasar saat berada di dalam rumahnya.
Hizbullah dan Amal menuduh lawan yang gigih, partai Pasukan Kristen Lebanon, berada di balik serangan terhadap para pengunjuk rasa. Kedua organisasi Syiah itu mengatakan para demonstran menjadi sasaran serangan bersenjata oleh kelompok-kelompok dari partai Pasukan Lebanon yang ditempatkan di jalan-jalan tetangga dan di atap dan terlibat dalam aktivitas menembak langsung dan pembunuhan yang disengaja.
Pemimpin Pasukan Lebanon Samir Geagea mengutuk kekerasan dan meminta ketenangan. "Penyebab utama dari perkembangan ini terletak pada keberadaan senjata yang tidak terkendali dan tersebar luas yang mengancam warga kapan saja dan di mana saja," kata dia di Twitter.
Sebelumnya, pengadilan menolak pengaduan hukum yang diajukan oleh dua mantan menteri pemerintah dan anggota parlemen Amal yakni Ali Hassan Khalil dan Ghazi Zaiter. Mereka telah ditanyakan oleh Hakim Bitar atas kecurigaan kelalaian sehubungan dengan ledakan pelabuhan.
Kedua pria, yang menyangkal melakukan kesalahan, menuduh hakim bias. Keluarga korban mengutuk pengaduan yang menyebabkan penyelidikan ditangguhkan untuk kedua kalinya dalam tiga pekan. Mereka menuduh kepemimpinan politik negara itu berusaha melindungi diri dari pengawasan.