Jumat 15 Oct 2021 12:22 WIB

Begini Kondisi Bumi Jika Target Iklim Gagal Tercapai

Perencanaan iklim yang ada saat ini berpotensi meningkatkan suhu hingga 2,7 celcius.

 FILE - Dalam arsip foto Rabu, 16 Juni 2021 ini, petugas pemadam kebakaran bekerja di lokasi kebakaran hutan di dekat desa Andreyevsky di luar Tyumen, Siberia barat, Rusia. Kebakaran hutan di Siberia melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca, kata para ilmuwan, yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Setiap tahun, ribuan kebakaran hutan melanda sebagian besar wilayah Rusia, menghancurkan hutan dan menyelimuti wilayah yang luas dengan asap tajam.
Foto: AP/Maksim Slutsky
FILE - Dalam arsip foto Rabu, 16 Juni 2021 ini, petugas pemadam kebakaran bekerja di lokasi kebakaran hutan di dekat desa Andreyevsky di luar Tyumen, Siberia barat, Rusia. Kebakaran hutan di Siberia melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca, kata para ilmuwan, yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Setiap tahun, ribuan kebakaran hutan melanda sebagian besar wilayah Rusia, menghancurkan hutan dan menyelimuti wilayah yang luas dengan asap tajam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perencanaan iklim saat ini dapat meningkatkan suhu global hingga 2,7° Celsius. Hal ini berdampak lebih buruk pada kondisi Bumi dibanding target Perjanjian Paris yang maksimal 1,5° Celsius.

Waktu makin mendesak. Skala tindakan yang dibutuhkan untuk melindungi iklim sangat besar dan harus dilakukan dengan cepat. Sementara itu, beberapa rencana yang ada telah gagal.

Baca Juga

Pada tahun 2015, hampir seluruh negara di dunia sepakat untuk membatasi kenaikan suhu hingga maksimal 2 derajat Celsius di atas nilai pra-industri, dan berusaha menetapkan target batasnya pada 1,5 derajat Celsius dalam Perjanjian Iklim Paris. Namun, jika komitmen nyata untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan langkah lainnya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada atmosfer dilakukan, hal tersebut berdampak mundur dengan pemanasan hingga 2,7 derajat Celsius.

Akhir bulan Oktober ini, para pemimpin dunia akan bertemu di Glasgow dalam acara Konferensi Perubahan Iklim 26. Agenda tersebut akan berfokus pada langkah-langkah yang jauh lebih tegas agar target Perjanjian Paris tercapai.

Sejumlah penelitian ilmiah yang telah dilakukan secara global dalam menilai dampak perubahan iklim menyebutkan, nilai pecahan suhu tersebut memiliki peran besar.

Dilansir dari laporan Panel Perubahan Iklim Antar Pemerintah (IPCC) yang dirilis Agustus lalu, suhu global telah meningkat rata-rata 1,07° Celsius sejak revolusi industri. Saat ini dunia sudah melihat, kenaikan suhu global 1° Celsius tersebut berdampak sangat besar.

Kenaikan permukaan air laut ancaman global

Sebagai contoh kenaikan permukaan air laut. Setiap sentimeter kenaikan muka air laut, berarti munculnya ancaman bagi banyak hal. Sejauh ini, tinggi permukaan air laut secara global telah naik sekitar 20 sentimeter sejak tahun 1901, demikian dikutip dari laporan IPCC.

Mungkin terdengar tidak begitu berbahaya, namun hal tersebut berdampak bagi orang banyak di seluruh dunia. Menurut Pusat Pemantauan Migrasi Internal, setidaknya ratusan ribu orang mengungsi tiap tahunnya, karena banjir di dataran rendah di Bangladesh

Data dari laman iklim berbasis laporan Carbon Brief yang menganalisis 70 jurnal peer-review di tahun 2018 dengan skenario kenaikan suhu 1,5° Celsius, memperkirakan permukaan air laut di dunia akan meningkat setinggi 48 sentimeter pada akhir abad ini. Sementara skenario dengan kenaikan suhu global 2° Celsius, permukaan air laut akan meningkat hingga 56 sentimeter.

Perbedaan 8 sentimeter tersebut cukup signifikan dan berpengaruh bagi jutaan penduduk. Dirangkum dari IPCC, setiap kenaikan 10 sentimeter permukaan air laut akan berdampak terhadap 10 juta penduduk di seluruh dunia.

 

 

sumber : DW
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement