REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pakistan International Airlines (PIA) menangguhkan penerbangan ke Kabul, Afghanistan pada Kamis (14/10) waktu setempat. Penangguhan ini terjadi karena pihak PIA merasa otoritas Taliban terlalu ikut campur atas operasi maskapai tersebut.
"Penerbangan kami sering menghadapi penundaan yang tidak semestinya karena sikap tidak profesional dari otoritas penerbangan Kabul," kata juru bicara PIA Abdullah Hafeez Khan seperti dikutip laman Aljazirah, Jumat (15/10).
PIA menambahkan, rute akan tetap ditangguhkan sampai situasi menjadi kondusif. Sebuah sumber di maskapai itu mengatakan pejabat Taliban sering "menghina" dan pada satu kesempatan menganiaya secara fisik seorang anggota staf.
Taliban sebelumnya memerintahkan maskapai penerbangan internasional satu-satunya yang beroperasi secara teratur di Afghanistan itu memotong harga tiket ke tingkat sebelum jatuhnya pemerintahan Afghanistan. Menurut PIA langkah memotong harga tiket itu sepihak dan tidak profesional.
Taliban mengingatkan PIA dan maskapai Afghanistan Kam Air bahwa operasi di Afghanistan berisiko diblokir kecuali mereka setuju untuk memotong harga yang telah melonjak di luar jangkauan sebagian besar orang Afghanistan. Dengan sebagian besar maskapai tidak lagi terbang ke Afghanistan, tiket untuk penerbangan ke ibukota Pakistan, Islamabad, telah dijual seharga 2.500 dolar AS di PIA dibandingkan dengan 120-150 dolar AS sebelumnya.
Kementerian transportasi Afghanistan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa harga pada rute harus disesuaikan dengan kondisi tiket sebelum kemenangan "Imarah Islam" atau penerbangan akan dihentikan. Perintah juga mendesak penumpang dan orang lain untuk melaporkan setiap pelanggaran.
Penerbangan antara Afghanistan dan Pakistan memang telah sangat dibatasi sejak bandara Kabul dibuka kembali bulan lalu. Abdullah, seorang karyawan perusahaan farmasi berusia 26 tahun, mengatakan penerbangan PIA telah menjadi jendela kecil bagi warga Afghanistan yang mencoba meninggalkan negara itu.
"Kami sangat membutuhkan penerbangan ini. Perbatasan ditutup, sekarang jika bandara ditutup, seperti kita semua di dalam sangkar," katanya menurut kantor berita Reuters.
PIA menjalankan penerbangan carteran ke Kabul daripada layanan komersial reguler. Pihaknya mengatakan telah mempertahankan penerbangan atas dasar kemanusiaan dan membayar lebih dari 400 ribu dolar AS sebagai premi asuransi yang hanya dapat dimungkinkan jika 300 penumpang tersedia.
PIA mengatakan sejak pemerintahan baru Taliban dibentuk, stafnya di Kabul menghadapi perubahan menit terakhir dalam peraturan dan izin terbang serta perilaku intimidasi dari komandan Taliban. Dengan meningkatnya krisis ekonomi yang menambah kekhawatiran tentang masa depan Afghanistan di bawah Taliban, ada permintaan besar untuk penerbangan keluar dan diperburuk oleh masalah berulang di penyeberangan perbatasan darat ke Pakistan.
Kantor paspor utama di Kabul telah dikepung oleh orang-orang yang berusaha mendapatkan dokumen perjalanan sejak dibuka kembali bulan ini. Penerbangan juga telah digunakan oleh pejabat internasional dan pekerja bantuan yang bepergian ke Kabul.
Baca juga : Bertemu Taliban, Turki Desak Pemerintahan Inklusif