Jumat 15 Oct 2021 13:19 WIB

Tips Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Pandemi Covid-19

Pandemi tidak hanya berdampak fisik namun juga secara psikologis.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Dwi Murdaningsih
Ibu dan anak belajar berkebun (ilustrasi).
Foto: Republika/Amin madani
Ibu dan anak belajar berkebun (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Psikolog Universitas Airlangga (Unair) Atika Dian Ariana mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan mental dalam berkegiatan di tengah pandemi Covid-19. Ia mengatakan, adanya pembatasan sosial di masa pandemi tidak jarang menyebabkan banyak orang merasa kesulitan untuk beradaptasi.

Tidak sedikit dari mereka yang mengeluhkan gangguan, tidak hanya fisik namun juga secara psikologis. “Yang paling utama adalah memperhatikan pola hidup kita seperti komitmen terhadap jadwal keseharian yang kita buat. Ini penting untuk menjaga motivasi hidup kita,” kata Atika di Surabaya, Jumat (15/10).

Baca Juga

Dosen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental itu pun menyarankan untuk membuat sebuah spot yang hanya digunakan sebagai tempat kerja atau tempat melakukan pembelajaran daring di rumah. Selain itu, kata dia, pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh, serta olahraga teratur juga sangat penting untuk diperhatikan.

 

Meskipun hanya melakukan kegiatan dari rumah masing-masing, Atika mengingatkan agar tetap terkoneksi dengan orang-orang di sekitar. “Tetap terhubung dengan lingkungan sosial juga penting di tengah pandemi sekarang ini dimana kita tidak leluasa untuk berinteraksi dengan orang lain meskipun hanya dengan menggunakan media daring,” ujar Atika.

 

Atika menjelaskan pentingnya mengatur screen time mengingat banyak menghabiskan waktu di depan layar monitor untuk bekerja atau mengikuti pembelajaran daring. Terakhir, Atika menyarankan untuk mencari aktivitas yang bermakna dan mungkin belum pernah dilakukan.

 

“Banyak orang yang kemudian seperti menemukan hobi baru. Makanya, selama pandemi kayak gardening dan bersepeda itu kan happening banget. Ini karena orang jadi punya banyak waktu mengenali siapa dirinya,” kata dia.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

(QS. Al-Hujurat ayat 11)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement