REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai IPO perusahaan teknologi akan menjadi angin segar bagi pasar modal Indonesia. Salah satunya, kepercayaan dan optimisme pelaku pasar akan meningkat.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan masuknya unicorn dan decacorn ke pasar modal Indonesia berpotensi meningkatkan kapitalisasi pasar. IPO perusahaan teknologi tersebut akan mampu menarik lebih banyak investor termasuk investor asing.
"Diperkirakan, masuknya perusahaan teknologi tersebut akan menstimulasi perdagangan saham di Indonesia," kata Hoesen dalam acara Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2021, Jumat (15/10).
OJK sebagai regulator akan mendukung perusahaan startup teknologi untuk IPO di Indonesia. OJK juga menyadari masih banyak dukungan infrastruktur yang harus dipersiapkan baik dari sisi regulasi maupun kebijakan.
Untuk itu, OJK akan memperbaiki beberapa regulasi termasuk implementasi dari mekanisme dual-class of share with Multiple Voting Shares (MVS). Saat ini, struktur saham di Indonesia memang belum menerapkan MVS.
Meski demikian, Hoesen menilai perusahaan teknologi cukup antusias untuk bisa masuk ke pasar modal. Hal ini sejalan dengan meningkatnya pengembangan bisnis sektor teknologi. Per 31 Agustus 2021, seridaknya ada tiga perusahaan dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun yang berencana IPO.
"Sejauh ini ada satu perusahaan teknologi besar yang sudah IPO yaitu Bukalapak. Diperkirakan akan ada beberapa perusahaan teknologi dengan status unicorn dan decacorn yang berencana melakukan IPO di BEI," terang Hoesen.