Jumat 15 Oct 2021 16:23 WIB

Ekonom Soroti Turunnya Impor Bahan Baku dan Barang Modal

Kapasitas produksi industri belum penuhi kebutuhan masyarakat.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung berjalan di pusat perbelanjaan di Jakarta, Rabu (4/8/2021). Kinerja impor barang selama bulan September 2021 mengalami penurunan secara bulanan (month to month/mtm) yakni 2,67 persen menjadi 16,23 miliar dolar AS.
Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Pengunjung berjalan di pusat perbelanjaan di Jakarta, Rabu (4/8/2021). Kinerja impor barang selama bulan September 2021 mengalami penurunan secara bulanan (month to month/mtm) yakni 2,67 persen menjadi 16,23 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja impor barang selama bulan September 2021 mengalami penurunan secara bulanan (month to month/mtm) yakni 2,67 persen menjadi 16,23 miliar dolar AS. Laju penurunan itu terjadi baik untuk barang konsumsi, bahan baku, hingga barang modal.

Ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Latif Adam, mengatakan, meskipun neraca perdagangan pada bulan lalu masih mencatatkan surplus 4,37 miliar dolar AS, turunnya nilai impor mesti menjadi perhatian. Terutama untuk penurunan impor bahan baku sebesar 2,27 persen menjadi 12,09 miliar dolar AS dan penurunan impor barang modal 2,66 persen menjadi 2,35 miliar dolar AS. Dua kelompok barang itu menjadi indikator penting terkait geliat industri di dalam negeri.

"Surplus dagang itu tidak selalu memberikan sinyal yang bagus apalagi kita tahu impor bahan baku dan barang modal turun. Itu bisa menjadi sinyal kemungkinan besar industri kita belum pulih seperti sebelum pandemi," kata Latif kepada Republika.co.id, Jumat (15/10).

Meskipun secara tahunan (year on year/yoy), nilai impor kedua kelompok tersebut masih mencatatkan kenaikan 45,46 persen untuk bahan baku dan 10,07 persen untuk barang modal, tetap membutuhkan perhatian serius.

Pasalnya, menjelang akhir tahun di mana permintaan barang dalam negeri meningkat dari masyarakat, pelaku industri semestinya sudah bersiap meningkatkan kapasitas produksi. Dikhawatirkan, jika kapasitas industri belum pulih disaat permintaan barang meningkat, konsumsi masyarakat akan dipenuhi oleh produki impor.

"Kalau kemudian di akhir tahun kapasitas produksi belum pulih ada kemungkinan kenaikan konsumsi masyarakat disuplai barang impor. Apalagi sekarang akses untuk produk impor lebih mudah," katanya.

Kemudahan itu didukung oleh marketplace yang bisa diakses oleh siapa saja di mana saja. Karena itu, Latif mengatakan, harus ada upaya untuk mendorong industri agar bisa memanfaatkan siklus akhir tahun sehingga mampu memanfaatkan kenaikan konsumsi masyarakat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement