REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Namun, ia masih memiliki kekhawatiran lantaran harus melunasi utang ayahnya. Apalagi, para penagih utang terus-menerus datang ke rumah dan tidak memberinya waktu lagi.
Sementara itu, ayahnya tidak meninggalkan kekayaaan, kecuali kebun kurma kecil. Kebun tersebut menghasilkan hampir tidak cukup buah untuk memberi mereka makan.
Jabir kemudian berpikir kembali meminta bantuan Rasulullah SAW, sebab beliau tidak pernah menolak membantunya. Jabir pun menceritakan keluh kesahnya tersebut, bahwa kebun kurma dan buahnya bahkan tidak akan bisa melunasi sebagian dari utang.
Jabir kemudian meminta Rasulullah SAW untuk ikut bersamanya sehingga para penagih utang tidak akan kasar kepadanya. Nabi SAW memenuhi permintaannya dan mengatakan akan segera datang di tengah hari. Nabi SAW juga meminta Jabir bergegas menyortir kurma-kurmanya.
Pada kejadian inilah Jabir menyaksikan hal luar biasa dan keberkahan dari Rasulullah SAW. Ketika para penagih utang datang saat Jabir tengah menyortir kurmanya, ia meminta mereka untuk menunggu Nabi SAW.
Ketika mereka mendengar nama Nabi disebutkan, mereka menahan diri tidak berbicara, kecuali seorang Yahudi yang menolak menunggu bahkan sesaat. Dia berkata, "Saya tidak ada hubungannya dengan Muhammad. Bayar saya sekarang juga!"
Saat matahari mendekati puncaknya, Nabi SAW pun datang dengan tergesa-gesa dan keringat menetes dari dahinya. Nabi SAW bertanya,"Maukah Anda menerima sebagian dari utang yang harus dibayarkan kepada Anda sekarang dan menunda sisanya untuk tahun depan?"
Baca juga:
Kisah Jabir Ibn Abdullah dan Kedermawanan Nabi SAW (1)
Kisah Jabir Ibn Abdullah dan Kedermawanan Nabi SAW (3)
Kisah Jabir Ibn Abdullah dan Kedermawanan Nabi SAW (4)
Kisah Jabir Ibn Abdullah dan Kedermawanan Nabi SAW (5-Habis)