REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat Rasulullah hendak mengulurkan tangan untuk memegang unta, Jabir memohon agar ia bisa tetap menaikinya hingga mencapai Madinah. Rasulullah SAW pun membolehkannya. Sembari berjalan beriringan, Nabi SAW terus berdoa agar Allah mengampuni segala dosa sahabatnya itu.
Keesokan harinya, Jabir membawa untanya dan ia berada di depan pintu rumah Rasulullah SAW. Beliau tersenyum dan memegang kekang unta dan berjalan berkeliling dengannya. Nabi SAW kemudian meminta Bilal agar membawa satu oke emas agar diberikan kepada Jabir.
Jabir pun terperangah karena uang yang diberikan Rasul itu lebih dari satu kantong. Jabir memutar uang itu menjadi modal dan membawa berkah bagi rezeki keluarganya.
Namun, ketika hendak meninggalkan masjid, Jabir mendengar ia dipanggil kembali oleh Nabi SAW. Berkata pada dirinya sendiri, ia berharap Rasulullah senang dengan untanya.
Nabi SAW bertanya, "Apakah Anda senang dengan harganya?" "Ya, dan semoga Allah membalas Anda untuk uang tambahan ini," kata Jabir.
Rasul berkata, "Silakan kamu bawa unta ini. Unta ini menjadi milikmu." Jabir merasa kaget karena ia telah menerima harga dari unta tersebut. Namun, Nabi SAW menegaskan uang dan unta itu adalah milik Jabir.
Nabi SAW berkata, "Apakah kamu pikir aku menawar denganmu untuk mengambil untamu darimu? Itu bukan niatku!" Jabir lantas berterima kasih kepada Rasulullah atas kemurahan hati dan kelembutannya. Jabir pun pulang dengan penuh sukacita.
Sesampainya di rumah, Jabir menceritakan apa yang terjadi pada istrinya. Sembari tertawa, istrinya mengatakan ia telah memperkirakan itu dari Rasulullah. Jabir juga mengatakan ia telah merasakan hal sama ketika Nabi SAW tengah tawar-menawar dengannya.
Sejak kejadian itu, unta tersebut menjadi sangat disayanginya dan Jabir merawat untanya dengan baik. Unta tersebut melayaninya selama masa Nabi Muhammad SAW dan masa khalifah Abu Bakar. Ketika unta itu sudah tua, Abu Bakar menyuruhnya untuk membiarkan unta itu merumput dengan kawanan unta dan berkeliaran dengan bebas di lahan penggembalaan. Habis.
Baca juga:
Kisah Jabir Ibn Abdullah dan Kedermawanan Nabi SAW (1)
Kisah Jabir Ibn Abdullah dan Kedermawanan Nabi SAW (2)
Kisah Jabir Ibn Abdullah dan Kedermawanan Nabi SAW (3)
Kisah Jabir Ibn Abdullah dan Kedermawanan Nabi SAW (4)