Jumat 15 Oct 2021 23:07 WIB

Uni Eropa Diminta Bergerak Tolak Aksi Israel di Palestina

Terjadi peningkatan aktivitas cukup tajam dalam pembongkaran rumah Palestina.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
Para pengunjuk rasa mengevakuasi orang yang terluka dari pagar perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, selama protes menandai peringatan serangan pembakaran 1969 di masjid Al-Aqsa Yerusalem oleh seorang turis Australia yang kemudian ditemukan sakit jiwa, di sebelah timur Kota Gaza, Sabtu, 21 Agustus 2021.
Foto: AP/Adel Hana
Para pengunjuk rasa mengevakuasi orang yang terluka dari pagar perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, selama protes menandai peringatan serangan pembakaran 1969 di masjid Al-Aqsa Yerusalem oleh seorang turis Australia yang kemudian ditemukan sakit jiwa, di sebelah timur Kota Gaza, Sabtu, 21 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Anggota Parlemen Eropa, Chris MacManus, menyampaikan Uni Eropa tidak bisa terus tinggal diam soal Palestina. Sebab, data terbaru menunjukkan peningkatan tajam dalam pembongkaran rumah Palestina oleh otoritas Israel.

"Dari Januari hingga Agustus tahun ini, pihak berwenang Israel menghancurkan atau menyita 118 bangunan milik Palestina di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Ini merupakan peningkatan 38 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020. Data yang dikumpulkan menggunakan istilah 'struktur', tetapi harus disadari bahwa sejumlah besar di antaranya adalah rumah keluarga," tutur dia dilansir dari Wafa, Jumat (15/10).

Baca Juga

MacManus menambahkan, pembongkaran mengakibatkan 191 orang mengungsi, termasuk 116 anak-anak. Kehancuran juga termasuk bangunan umum, dan menyebabkan lebih dari 1.400 orang tidak memiliki akses ke layanan dasar.

Menurut dia, otoritas Israel mencoba dan bersembunyi di balik fakta bahwa bangunan-bangunan itu tidak memiliki izin. Namun lalai untuk menyebutkan bahwa hanya mereka yang memiliki wewenang untuk memberikan izin tersebut.

Selain itu, MacManus juga meminta para pemimpin Uni Eropa untuk membela kaum tertindas. Hanya saja yang mengejutkan, Uni Eropa berusaha untuk melanjutkan bisnis seperti biasa dengan Israel, mengabaikan fakta bahwa rata-rata setidaknya lima belas bangunan yang dihancurkan setiap bulan dibangun menggunakan dana Uni Eropa.

"Dalam situasi lain apa yang dianggap masuk akal untuk berdagang dengan negara yang secara sistematis melemahkan upaya Anda untuk membantu yang tertindas? Saya telah memeriksa data dan sebagian dana ini berasal dari Irlandia," ungkapnya.

MacManus mengatakan, tindakan Israel dirancang untuk membuat solusi dua negara tidak dapat dijalankan, karena mereka menanam pemukim Israel di seluruh wilayah yang merupakan bagian dari negara Palestina. Semua pembongkaran harus dihentikan, dan pemukim harus diperintahkan untuk meninggalkan wilayah Palestina yang telah mereka duduki secara ilegal di Tepi Barat.

"Akhirnya, saya percaya sudah saatnya Uni Eropa menentang Israel. Uni Eropa harus memenuhi retorikanya sendiri demi hak asasi manusia dan perdamaian," tegas MacManus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement