Sabtu 16 Oct 2021 08:30 WIB

Program Made In Cirebon Libatkan 175 Siswa

Made in Cirebon berusaha untuk mencari solusi lewat kurkulum yang ada.

Jalannya workshop Program Made In Cirebon.
Foto: Dok. Mic
Jalannya workshop Program Made In Cirebon.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Made In Cirebon kembali bergeliat. Program Pendidikan Seni dan Budaya Korea-Indonesia adalah proyek bantuan pengembangan resmi (Official Development Assistance/ODA) yang diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea (MCST) dan dipersembahkan oleh Korea Arts and Culture Education Services (KACES) dengan kolaborasi bersama L’Art Company, ARCOLABS, Pemerintah Kota Cirebon, dan Sinau Art.

Direktur dari Divisi Sumber Daya Pendidikan di KACES, Yujin Hong, mengatakan, proyek ini merupakan kelanjutan dari proyek Made in Cirebon yang dilaksanakan pada 2020 lalu. Acara Made in Cirebon tahun ini berlangsung selama Juli-Oktober 2021 yang melibatkan 13 seniman dan sekitar 20 guru serta 175 siswa dari SMPN 1 Kota Cirebon dan SMPN 18 Kota Cirebon.

"Proyek ODA ini bertujuan untuk menumbuhkan inovasi dan sistem pendidikan seni dan budaya yang berkelanjutan di Indonesia melalui kerja sama dengan seniman lokal. Pendidikan seni dan budaya bisa menjadi metode yang efektif untuk menumbuhkan kreativitas dan imajinasi, kemampuan yang sangat penting dan bisa mengubah kehidupan seseorang,” kata Yujin Hong secara virtual, Jumat (15/10).

Pada proyek ini, KACES melanjutkan kerja sama dengan ARCOLABS – Center for Art and Community Management sebagai mitra lokal yang menyelenggarakan proyek di Indonesia. Dalam riset yang telah dilakukan sebelumnya, ARCOLABS menemukan adanya tantangan-tantangan genting yang dihadapi oleh pendidikan seni dan budaya di Indonesia, termasuk alokasi jam pembelajaran yang kurang dan bidang keahlian guru. 

Meski telah ada sejumlah upaya pendidikan seni alternatif yang dicetuskan oleh swasta atau kolektif seniman dan pemerintah, upaya-upaya independen ini masih perlu dikaji lebih jauh terkait efektivitas materi dan dampaknya kepada siswa. Made in Cirebon berusaha untuk mencari solusi dari tantangan ini lewat kurikulum yang sudah ada.

Direktur ARCOLABS, Jeong Ok Jeon, menyatakan, tujuan ini diterjemahkan lewat fokus program pada kolaborasi dengan seniman lokal melalui model pembelajaran terintegrasi. Untuk memberikan pembelajaran yang komprehensif, kelas-kelas seni ini dikembangkan dengan menggabungkan seni media baru, alam dan pengetahuan lingkungan, budaya dan tradisi lokal, musik, seni, sastra, sains dan seni performa.

"Melalui pendekatan multidisipliner ini, peserta juga bisa memperdalam minat mereka di bidang seni dan budaya, memperluas pengetahuan mereka akan dunia dengan tetap membuka diri untuk mencari solusi terhadap permasalahan komunitas,” ujar Jeong Ok Jeon.

Dengan program yang kembali dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19, tema proyek di tahun ini adalah “Trust and Growth” yang berusaha memusatkan perhatian kita pada kesempatan-kesempatan untuk terhubung kembali, membangun dan mempertahankan rasa percaya, di tengah mobilitas yang serba terbatas untuk bisa mencapai perkembangan diri baik secara personal maupun profesional.

Sementara Nico Broer, pendiri Sinau Art manyatakan menjalankan program ini di tengah situasi pandemi memang menantang, apalagi karena di tahun ini kami melibatkan lebih banyak siswa dan guru. 

"Berhubung ini adalah tahun kedua, kami lebih percaya diri dibandingkan tahun lalu, tetapi di saat yang sama ada banyak sekali pembelajaran baru tidak hanya terkait eksplorasi teknik atau medium, tetapi juga tentang budaya dan komunitas lain. Jadi ini adalah pembelajaran dan pengalaman yang penting dan bermakna bagi kami,” kata dia.

Ia menjelaksan, selama Juli hingga Oktober, ada empat kegiatan yang berlangsung. Pertama, Workshop for Teaching Artists: 26 – 27 Juli 2021. Kedua, Workshop for Local Artists (Sinau Art), 9 – 14 Agustus 2021. 

"Seniman Lokal dipilih dari kolektif seniman Sinau Art yang berbasis di Cirebon, Agus Rachmat (Tekstil), Bertrand Prayoga (MC), Danny Roza (Fotografi), Hafrizal Suyandi (Musik), Muchamad Faizal (Film), Mulyana (Karawitan), Saeroji (Musik Kontemporer), Saiful Hadi (Sastra), Titis Nur Ennisa (Tekstil), Yeni Yuli Umiyati (Kriya)," kata dia.

Ketiga, Workshop for Teachers and Students, 20 – 24 September 2021 (SMPN 18 Kota Cirebon) 27 September – 1 Oktober 2021 (SMPN 1 Kota Cirebon). Keempat, Final Presentation, pada 15 Oktober 2021

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement