Sabtu 16 Oct 2021 09:30 WIB

Pembongkaran Menara Air PDAM Tirta Asasta tak Profesional

Seorang anak tertimpa bangunan akibat crane roboh, harus dievakuasi selama lima jam.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Warga melihat crane yang ditugaskan membongkar menara air PDAM Tirta Asista malah roboh menimpa rumah warga di kawasan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (15/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga melihat crane yang ditugaskan membongkar menara air PDAM Tirta Asista malah roboh menimpa rumah warga di kawasan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (15/10).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sejumlah warga yang rumahnya berdekatan dengan menara air milik PDAM Tirta Asasta di Jalan Mawar Raya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (15/10), menilai proses pembongkaran yang dilakukan pekerja tidak profesional. Hal itu berakibat crane roboh yang menimpa rumah warga.

Akibatnya, dua orang terluka dan satu orang anak tertimpa beton hingga harus dievakuasi selama lima jam. Pasalnya, crane yang ditugaskan untuk merobohkan menara, justru roboh menimpa rumah warga sekitar yang mengakibatkan kejadian fatal.

"Proses pembongkaran dengan bongkahan-bongkahan besar dijatuhkan dari atas sehingga membuat warga merasa waswas dan tidak menggunakan alat berat, jadi dipotong langsung dijatuhin, tentunya cara ini murah biaya makanya warga komplain," kata Ketua RW 05 Kelurahan Depok Jaya, Chaedar di Kota Depok, Jumat.

Warga pun mengadakan rapat yang diikuti dengan Ketua RW 04 Pranowo. Warga mengingatkan kepada kontraktor yang melaksanakan pembongkaran menara air agar bekerja tidak asal-asalan.

"Kita sebagai warga mengingatkan kepada pekerja untuk memotong bongkahan yang besar menjadi kecil-kecil untuk dijatuhkan agar tidak membahayakan rumah warga. Namun tidak didengarkan juga," kata Chaedar.

Menurut dia, warga akhirnya sepakat menulis surat keberatan kepada wali kota, kejaksaan, PDAM, Komisi B DPRD Depok yang diteken Ketua RW04, RW05, dan sejumlah perwakilan warga.

"Kemudian kita datang ke kejaksaan dan diterima dengan baik, langsung mendapat respon keesokan harinya dengan meninjau langsung lokasi, setelah itu dihentikan beberapa hari," ujar Chaedar.

Untuk itu, ia berharap, kontraktor bisa bertanggung jawab atas peristiwa robohnya crane yang membuat tiga warga sekitar terluka. "Ini berat sekali Pak hukuman ini denda bisa Rp 5 miliar, nyawa orang ini dan kita sudah ingatkan berkali-kali," jelas Chaedar.

Saking kesalnya warga, Chaedar mengaku, sudah dua kali diundang rapat oleh kontraktor tidak mau datang. "Karena suara warga tidak didengarkan lagi," katanya.

Dia berharap, kalau proyek itu dilanjutkan maka rumah di sekitarnya wajib dikosongkan terlebih dahulu. Hal itu karena bisa berbahaya sewaktu-waktu menimpa rumah warga.

Warga lainnya Iskak menyebut, protes cara kerja kontraktor membongkar menara air sudah dilakukan jauh-jauh hari. Hal itu karena cara kerja kontraktor dengan menjatuhkan bongkahan yang sangat besar sehingga menimbulkan bunyi, yang mengganggu warga sekitar.

"Suara jatuhnya bongkahan yang besar sangat mengganggu warga, kemudian diperkecil potongan bongkahan namun masih bermasalah juga lalu kita minta crane tentunya dengan cara yang aman," ujarnya.

Iskak juga melihat cara kerjanya tidak terkoordinasi dengan baik. Tidak terlihat pula manajemen rapi dalam pembongkaran bangunan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement