Sabtu 16 Oct 2021 16:01 WIB

Sebelum Kegiatan, Sungai Cileueur Sudah Disurvei

Meski terlihat tenang, arus yang ada di muara Sungai Cileueur cukup kuat.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Friska Yolandha
Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya, bersama Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat, Atalia Praratya, meninjau TKP peristiwa susur sungai di Sungai Cileueur, Desa Utama, Kecamatan Cijeunjing, Kabupaten Ciamis, Sabtu (16/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya, bersama Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat, Atalia Praratya, meninjau TKP peristiwa susur sungai di Sungai Cileueur, Desa Utama, Kecamatan Cijeunjing, Kabupaten Ciamis, Sabtu (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Sebanyak 11 orang siswa MTs Harapan Baru meninggal dunia saat melakukan kegiatan susur sungai di Sungai Cileueur, Jumat (15/10). Para siswa itu disebut meninggal terbawa arus saat melintasi sungai.

Humas MTs Harapan Baru, Dende RH mengakui, kegiatan tersebut memang sudah diprogramkan oleh madrasah. Pihak madrasah juga sudah melakukan survei ke sejumlah lokasi yang akan dikunjungi dalam kegiatan itu.

"Tiga hari sebelunnya sudah dilakukan survei lokasi. Dari pemasangan tanda penunjuk arah dan persiapan lainnya," kata dia, Sabtu (16/10).

Menurut dia, kegiatan itu memang sengaja dilakukan untuk memperkenalkan siswa dengan lingkungan di sekitar madrasah. Dalam rangkaian kegiatan, rute yang dilalui memang ada yang melintasi Sungai Cileueur.

Ia menjelaskan, di Sungai Cileueur, para siswa diajarkan untuk menjaga lingkungan dengan membersihkan sampah yang ada di sekitar aliran dari bantaran sungai itu. Kegiatan itu semua berjalan lancar.

Setelah kegiatan bersih-bersih, para peserta kemudian dikumpulkan. Pembina selanjutnya memberikan pengarahan untuk kembali ke madrasah, dengan melintasi sungai.

"Memang harus melintas sungai. Namun sudah kita perkirakan sungai itu dangkal. Ketika itu, ada beberapa anak yang duluan dan tergelincir," kata Dende.

Ia menyatakan, kejadian itu merupakan musibah yang tidak direncanakan. Menurut dia, tak ada seorang pun yang menginginkan kejadian tersebut.

Dende menyebutkan, kegiatan itu diikuti oleh ratusan orang, yang terdiri dari 145 siswa kelas VII, 10 siswa kelas IX, 15 orang siswa MA, dan 12 orang guru pembina. Dalam kegiatan itu, terdapat 13 orang yang tenggelam. Dua orang selamat dan masih dirawat di RSUD Ciamis. Sementara 11 orang yang seluruhnya siswa meninggal dunia.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id di lokasi kejadian, kondisi arus Sungai Cileueur tak terlalu deras. Namun, di tempat itu terdapat muara.

Salah seorang warga sekitar, Maman Sulaeman (55 tahun) mengatakan, meski muara itu terlihat tenang, di bagian bawahnya terdapat puasaran air yang cukup kuat. Muara itu, menurut dia, sering dijadikan tempat memancing warga sekitar.

"Warga di sini sering memancing, karena ikannya banyak. Kalau yang berenang, tidak ada. Soalnya itu dalam," kata dia. Ia menyebut, kedalaman muara itu bisa mencapai 4 meter.

Maman menambahkan, sungai itu memang cukup sering dilintasi warga yang hendak bertani. Namun, warga melintas melewati bagian sungai yang dangkal dan ada batunya.

Saat kejadian siswa MTs tenggelam, Maman mengaku ada di lokasi. Ketika itu, terdapat beberapa siswa yang teriak minta tolong. Ia pun bersama warga sekitar berusaha menolongnya.

Namun, menurut dia, arus yang ada di bawah muara itu sangat kuat. Alhasil, tak semua siswa yang tenggelam bisa terselamatkan.

Sementara itu, salah seorang warga lainnya, Dian (49) mengatakan, ketika kejadian kondisi arus Sungai Cileueur normal. Artinya, aliran air tak deras.

Menurut dia, para siswa yang melintasi kali itu seharunya naik ke bantaran yang ada di sisi lainnya. Namun, lantaran bantaran sungai itu tanahnya gawir, siswa melanjutkan melintas melalui sisi sungai.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement