REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung mengatakan partai mulai mempersiapkan diri terkait pemilihan umum (Pemilu) 2024. Golkar terbuka dengan partai manapun yang ingin berkoalisi dalam kontestasi mendatang.
"Di tahun 2024, Golkar saat ini masih sangat terbuka. Masih sangat terbuka untuk membangun koalisi dengan siapapun untuk membicarakan pasangan-pasangan calon presiden, calon wakil presiden," ujar Doli dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (16/10).
Ia menjelaskan, koalisi dengan partai manapun pernah terjadi pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020. Sedangkan untuk Pemilu 2024, tinggal melanjutkan pembicaraan terkait persamaan visi dan misi.
"Jadi sangat mungkin terjadi terbuka dan saya kira akan lebih mudah, karena kita sama-sama punya platform yang sama," ujar Doli.
Demi menyongsong Pemilu 2024, kini Partai Golkar terus melakukan konsolidasi dan mengurangi konflik internal. Serta, merangkul tokoh-tokoh di tingkat pusat dan daerah demi mengulangi kejayaan Partai Golkar pada 2004.
"Itu yang kita upayakan bahwa mereka itu masih dianggap ketokohan di daerah-daerah yang punya sesuatu dukungan masyarakat. Paling tidak mengangkat elektabilitas masyarakat dengan ketokohan mereka," ujar Ketua Komisi II DPR itu.
Dalam forum yang sama, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra menilai bahwa Partai Golkar tetap menjadi salah satu parpol besar di Indonesia dengan basis pemilih yang besar. Partai berlambang pohon beringin itu juga disebutnya salah satu partai modern dibandingkan partai-partai lain. "Dengan keanggotaan dan kepemimpinan yang lebih merit, bukan dinastik, dan oligarkis seperti banyak parpol lain," ujar Azyumardi.
Partai Golkar, kata Azyumardi, juga masih merupakan partai yang lebih banyak mengandung teknokrasi terkait pengembangan politik dan pengembangan Indonesia. Salah satu partai dengan jaringan sosial-politik yang luas.
"Mereka bisa mencapai kejayaan pada 2004 berkat pendekatan politik reformatif, pendekatan politik baru, dan orientasi pasar politik berjangkauan luas," ujar Azyumardi.