Sabtu 16 Oct 2021 17:50 WIB

UNHCR Desak Penyatuan Keluarga Warga Afghanistan Dipercepat

Banyak warga Afghanistan yang meninggalkan keluarganya untuk mengungsi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Keluarga yang dievakuasi dari Kabul, Afghanistan, menunggu untuk naik bus setelah mereka tiba di Bandara Internasional Washington Dulles, di Chantilly, Va, pada Minggu, 29 Agustus 2021.
Foto: AP/Jose Luis Magana/FR159526 AP
Keluarga yang dievakuasi dari Kabul, Afghanistan, menunggu untuk naik bus setelah mereka tiba di Bandara Internasional Washington Dulles, di Chantilly, Va, pada Minggu, 29 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Badan Pengungsi PBB, UNHCR, mendesak negara-negara untuk memfasilitasi dan mempercepat prosedur reunifikasi anggota keluarga yang ditinggalkan di Afghanistan, Jumat (15/10). Banyak keluarga yang anggotanya ditinggalkan di Afghanistan atau telah mengungsi di seluruh wilayah.

"Sementara perkembangan politik baru-baru ini di Afghanistan tidak menyebabkan perpindahan lintas batas skala besar, banyak di antara populasi pengungsi dan pencari suaka Afghanistan yang sudah ada sebelumnya tetap terpisah dari keluarga mereka karena tidak dapat diaksesnya prosedur reunifikasi keluarga," kata juru bicara UNHCR Shabia Mantoo.

Baca Juga

Mantoo mengatakan banyak warga Afghanistan mendatangi kantor UNHCR. Mereka sangat prihatin dengan keselamatan dan kesejahteraan anggota keluarga yang tetap berada di Afghanistan atau negara-negara tetangga setelah pengambilalihan Taliban awal tahun ini.

"Untuk memastikan pelestarian persatuan keluarga dan untuk membantu melindungi kehidupan karena situasi yang sangat menantang di negara ini, UNHCR mendesak negara-negara untuk memprioritaskan dan menyederhanakan prosedur penerimaan reunifikasi keluarga," kata Mantoo.

Banyak negara memiliki kerangka hukum yang mengatur reunifikasi keluarga pengungsi dan menawarkan perlindungan dan keringanan khusus. Namun, UNHCR khawatir bahwa banyak pengungsi Afghanistan dapat menghadapi hambatan administratif yang cukup besar dalam mewujudkan hak itu.

Juru bicara UNHCR Babar Baloch mengatakan, menyadari kekhawatiran tentang musim dingin yang akan datang di Afghanistan. "Begitu Anda keluar dan bertemu orang-orang, Anda benar-benar merasakan keputusasaan dan kemelaratan dalam hal kebutuhan orang-orang, dan ekonomi karena layanan hampir runtuh di sini," ujarnya.

Dikutip dari Anadolu Agency, Baloch mengatakan warga Afghanistan sangat membutuhkan bantuan dan UNHCR berharap dapat menjangkau hampir setengah juta orang di dalam negeri dengan bantuan musim dinginnya. Beberapa hambatan bagi mereka yang mencari reunifikasi keluarga termasuk biaya yang mahal, waktu tunggu yang lama, dan persyaratan dokumentasi yang ketat.

Banyak kedutaan dan konsulat saat ini ditutup di Afghanistan.UNHCR mendesak negara-negara untuk mempertimbangkan kendala yang mungkin dihadapi pengungsi dalam memenuhi persyaratan administrasi dan dokumentasi untuk penerimaan ini.

UNHCR mengusulkan agar pendekatan yang lebih pragmatis dan fleksibel diambil, termasuk metode pemrosesan yang inovatif dan wawancara jarak jauh. Skema reunifikasi keluarga berbeda dari program pemukiman kembali pengungsi, tetapi mereka dapat melengkapi program kemanusiaan dengan memfasilitasi masuk yang aman dan legal bagi pengungsi ke negara lain. Menurut badan PBB itu, prosedur yang disederhanakan dapat mencegah pengungsi melakukan perjalanan berbahaya dan tidak teratur.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement