Limbah Makanan Jatim Capai 7,5 Ton per Tahun
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Limbah makanan rumah tangga | Foto: Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat mengurangi limbah makanan (food waste) sebagai bagian penting mewujudkan ketahanan pangan. Apalagi, kata dia, tingginya limbah makanan dapat menimbulkan dampak kerugian ekonomi. Limbah makanan biasanya muncul dari makanan yang tidak dihabiskan karena masalah rasa atau mengambil terlalu banyak.
Khofifah menjelaskan, jumlah penduduk Jawa Timur pada 2020 yang mencapai 40.665.700 jiwa, berpotensi menghasilkan limbah makanan sekitar 4.676.555,5 hingga 7.482.488,8 ton per tahun. "Oleh karena itu diharapkan masyarakat bisa mulai mengubah pola pikir dan kondisi saat ini dapat menyadarkan kita agar lebih bijak dalam mengelola makanan," kata Khofifah, Ahad (17/10).
Melihat pentingnya kesadaran masyarakat terhadap persoalan limbah makanan tersebut, Khofifah meminta masyarakat dapat memperkirakan dengan baik jumlah makanan yang diperlukan. Disamping itu, dirinya meminta untuk mencermati dalam mengolah makanan serta membeli makanan sesuai kebutuhan.
"Agar apa? agar tidak ada lagi yang terbuang sebagai bagian dalam upaya untuk mengurangi food waste. Misalnya dengan merencanakan menu makanan di rumah secara seksama, sehingga tidak ada makanan yang menjadi limbah," ujarnya.
Di sisi lain, Khofifah berharap kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi dan tidak ada lagi masyarakat yang tidak bisa memenuhi gizinya. Apalagi, kata dia, saat ini Jatim sudah menjadi provinsi yang swasembada pangan dengan prestasi surplus baik komoditas beras ataupun jagung.
"Sebagai provinsi yang memiliki kawasan maritim dan agraris tropis dengan potensi produksi pangan yang sangat beragam dan besar, Jatim sejatinya berpeluang untuk menjadi provinsi besar yang maju dan makmur," kata Khofifah.