REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris mempertimbangkan sejumlah opsi untuk meningkatkan keamanan bagi anggota parlemen. Pertimbangan ini diambil setelah seorang anggota parlemen ditikam hingga tewas.
"Berbagai pembicaraan telah dilakukan dengan kepolisian. Di dalamnya ada opsi yang sedang dipertimbangkan seperti saat Anda (polisi) mengadakan operasi, memiliki petugas atau semacam perlindungan," ujar Menteri Dalam Negeri Priti Patel kepada Sky News, Ahad (17/10).
Anggota parlemen dari Partai Konservatif David Amess, ditikam berulang kali dalam serangan pada Jumat (14/10) di Leigh-on-Sea, timur London. Amess ditikam ketika melakukan pertemuan dengan konstituen di sebuah gereja.
Polisi menangkap Ali Harbi Ali dan menjeratnya dengan UU Terorime 2020 terkait pembunuhan Amess. Tersangka saat ini ditahan di markas polisi kota London.
Seperti dilansir BBC, hakim telah memberikan surat izin kepada polisi untuk memeriksa Ali sampai dengan batas 22 Oktober. "Kami juga sudah mengamankan pisau yang digunakan oleh pelaku untuk menikam korban di lokasi kejadian," ujar polisi dalam pernyataannya.
BBC melaporkan Ali diketahui sudah diajukan untuk ikut skema program untuk mencegah terorisme beberapa tahun lalu. Skema ini bagian dari program Inggris untuk mengantisipasi seseorang agar tidak terlibat radikalisasi. Guru, orang tua, atau teman bisa merekomendasikan seseorang untuk ikut program tesebut.
Namun menurut laporan, Ali yang merupakan keturunan Somalia tidak ikut dalam program tersebut. Di sisi lain, Ali tidak masuk subyek yang secara formal masuk ke daftar orang berbahaya di intelijen Inggris, MI5.
Pembunuhan Amess terjadi lima tahun setelah pembunuhan Jo Cox, seorang anggota parlemen dari Partai Buruh oposisi. Pembunuhan tersebut telah mendorong peninjauan keamanan politisi.