Senin 18 Oct 2021 18:30 WIB

Kisah Sungai Cileueur di Kampung Leuwi Ciamis

Sangat jarang ada warga yang berenang di sungai itu.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Muhammad Fakhruddin
Sejumlah warga melihat TKP susur sungai di Sungai Cileueur, Kecamatan Cijeunjing, Kabupaten Ciamis, Senin (18/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Sejumlah warga melihat TKP susur sungai di Sungai Cileueur, Kecamatan Cijeunjing, Kabupaten Ciamis, Senin (18/10).

REPUBLIKA.CO.ID,CIAMIS -- Warga di sekitar Sungai Cileueur, Kampung Leuwi Ili, Desa Utama, Kecamatan Cijeunjing, Kabupaten Ciamis, tak menyangka dengan peristiwa yang terjadi pada Jumat (15/10) pekan lalu. Di sungai itu, 11 siswa MTs Harapan Baru Kabupaten Ciamis, meninggal tenggelam saat melakukan kegiatan susur sungai. 

Salah seorang warga sekitar, Maman Sulaeman (55 tahun) peristiwa tenggelam di sungai itu sudah lama tak terjadi. Baru kali ini lagi, ada orang tengelam di sungai tersebut. Menurut dia, terkahir ada kejadian orang tenggelam itu sekitar lebih dari 10 tahun lalu. "Sudah lama tidak ada yang tenggelam di sini," kata dia, Senin (18/10).

Maman menjelaskan, nama Kampung Leuwi Ili di wilayah itu bukan dinamakan tanpa sebab. Dahulu, ia berkisah, terdapat seorang yang bernama Pak Ili. Ketika itu, Pak Ili sedang melintas di Sungai Cileueur. Namun, Pak Ili tenggelam dan meninggal di sungai yang aliran airnya berasal dari Gunung Sawal tersebut. "Dari kisah itu, kampung ini dimanakan Leuwi Ili," kata dia.

Menurut Maman, sangat jarang ada warga yang berenang di sungai itu. Warga sesekali hanya berani melintas untuk bertani. Itu pun melalui bagian sungai yang terdapat banyak bebatuannya.

Kendati demikian, di sungai itu banyak orang yang sering memancing. Menurut dia di tempat itu, khususnya di muara, banyak ikan yang berkumpul. Karenanya para pemancing senang memancing di tempat itu.

Air di muara itu terlihat tenang. Namun, menurut Maman, di dalam air itu terdapat arus yang berputar. "Di situ biasanya orang-orang memancing," kata dia menunjuk ke muara tersebut.

Kapolres Ciamis, AKBP Wahyu Broto Narsono Adhi menjelaskan, berdasarkan olah TKP, kedalaman sungai di tempat penyebrangan maksimal hanya 70 sentimeter. Di situ juga banyak batu, dan arus sungai relatif tenang. Namun di sungai itu terdapat muara di arah selatan, yang kedalaman air mencapai 2 meter. 

Menurut dia, ketika para siswa menyebrang aliran sungai yang dangkal, diperkirakan terdapat beberapa yang terpeleset, kemudian saling menarik, dan akhirnya sebagian siswa terbawa ke arah muara.

Ia menjelaskan, Sungai Cileueur memiliki sejarah penamaan. "Leueur itu di Bahasa Sunda artinya licin. Bebatuan di sana memang licin," kata dia.

Wahyu menambahkan, nama Kampung Leuwi Ili juga memiliki sejarah tersendiri. Ia menjelaskan, Leuwi itu berarti cekungan dalam. Sementara Ili, diambil dari nama seorang warga setempat yang pernah meninggal di sungai itu.

"Jadi disebut Leuwi Ili. Jadi ada baiknya, ketika kita ingin melakukan kegiatan, kita mencari tahu sejarahnya. Jadi kita bisa lebih berhati-hati," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement