REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, saat ini pihaknya masih membahas terkait pemberian vaksin booster kepada masyarakat. Menurut Nadia, terdapat beberapa pertimbangan dalam pemberian booster vaksin Covid-19.
“Pertama, kita tahu juga bahwa sudah ada penelitian awal yang mengatakan dalam enam bulan kemungkinan efikasi dari vaksin itu akan turun secara alami,” kata Nadia dalam diskusi daring, Selasa (19/10).
Kedua, lanjut Nadia, adanya varian virus yang dikatakan lebih kebal terhadap vaksin yang ada. Walaupun, saat ini proteksi yang digunakan sudah cukup memberikan perlindungan pada individu atau kemudian memberikan proteksi secara kelompok atau komunitas.
Saat ini, sambung Nadia, pemerintah juga sedang mempersiapkan skenario pemberian vaksin booster ini. "Tentunya skenario untuk pemberian tambahan dosis ketiga ini sudah kita siapkan juga. Tetapi baru akan kami mulai kalau vaksinasi dosis pertama dan dosis kedua untuk seluruh sasaran yang minimal 70 persen masyarakat kita itu sudah terpenuhi,” ujarnya. Artinya, vaksinasi dosis ketiga paling cepat akan berlangsung awal 2022 atau setelah Maret 2022.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, Kemenkes bersama Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) tengah melakukan riset terkait pemberian vaksin booster. "Kita, Indonesia merancang nanti masuk vaksinasi booster. Memang diharapkan kita dapat booster di bulan Januari 2022 semua. Tapi prioritas untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan," terang Maxi pekan lalu.
Menurut dia, Menkes Budi Gunadi Sadikin sedang meminta ITAGI untuk melakukan penelitian vaksin Covid-19 mana yang paling bagus untuk booster. Perihal apakah Vaksin Merah Putih dijadikan booster atau tidak, Maxi kembali menegaskan, hal itu masih dalam penelitian.
"Ya, hal itu masih juga dalam penelitian, apakah homolog atau heterolog, mencampur vaksin," kata dia.
Pernyataan Maxi, diamini Ketua ITAGI Sri Rejeki. Sri menyatakan, saat ini pihaknya bersama-sama sejumlah Universitas seperti Universitas Padjajaran dan Universitas Indonesia sedang melakukan riset terkait vaksin booster. "Masih penelitian belum ada hasilnya," ujarnya dalam diskusi daring, Selasa (19/10).