Selasa 19 Oct 2021 20:24 WIB

Klaster Sekolah Muncul di Solo, Pemkot Hentikan PTM di 5 SD

Penghentian PTM di sekolah-sekolah tersebut untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Andi Nur Aminah
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming
Foto: Pemkot Solo
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menghentikan sementara pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) di lima sekolah dasar (SD) lantaran ditemukannya kasus penyebaran Covid-19 pada siswa dan guru. Kasus tersebut ditemukan berdasarkan hasil tes swab PCR secara acak di sejumlah sekolah di Solo yang digelar sejak pekan lalu. 

Menurut data Satgas Penanganan Covid-19 Solo, jumlah yang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 41 siswa dan enam guru. Secara rinci, 37 siswa dan lima guru SD Kristen Manahan, satu siswa SD Negeri Mangkubumen Kidul, 10 siswa dan satu guru SD Negeri Danukusuman, satu siswa SD Al Islam 2 Jamsaren dan dua siswa SD Negeri Semanggi Lor.

Baca Juga

PTM di SD Kristen Manahan dan SD Negeri Danukusuman dihentikan selama satu bulan dan diganti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sedangkan tiga sekolah lainnya, PTM hanya dihentikan selama dua pekan.

Pemkot telah melakukan penelusuran (tracing) terhadap kontak erat dan kontak dekat para siswa dan guru yang terkonfirmasi Covid-19. Sebagian para siswa tersebut berasal dari luar Solo, seperti Karanganyar, Sukoharjo, dan Klaten.

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengatakan, pengujian (testing) melalui swab secara acak di sekolah masih berjalan terus sampai sekarang. Dia memastikan munculnya klaster penyebaran Covid-19 di sejumlah sekolah tidak akan mengganggu PTM secara keseluruhan di Solo.

"Pokoknya sekolah-sekolah yang aman yang murid-muridnya negatif ya jalan saja. Kalau ada klaster ya tutup, ini tidak akan mengganggu PTM," kata Gibran kepada wartawan, Selasa (19/10).

Penghentian PTM di sekolah-sekolah tersebut untuk mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas. Saat ini, kondisi para siswa yang terpapar Covid-19 dalam keadaan baik dan termasuk orang tanpa gejala (OTG). Mereka menjalanu karantina mandiri di rumah masing-masing. Meski sekolah tidak menggelar PTM, namun para guru masih diperbolehkan ke sekolah lantaran sudah divaksin.

"Muridnya yang penting bisa PJJ, kalau gurunya kan sudah divaksin semua. Ini kuncinya anak yang di bawah 12 tahun kan belum bisa divaksin makanya harus ekstra hati-hati," imbuh Gibran.

Pemkot memperkirakan, sumber penularan Covid-19 berasal dari luar sekolah. Sebab, selama ini penerapan protokol kesehatan di sekolah telah dilaksanakan dengan baik. "Kalau sudah pulang sekolah mereka main kemana kan kita tidak tahu. Makanya di rumah harus diketatkan juga dari orang tua murid. Orang tua murid diminta kesadarannya diminta untuk monitor. Biar bagaimanapun di sekolah kan cuma tiga jam paling lama," jelasnya.

Pemkot juga telah berkoordinasi dengan Pemkab sekitar lantaran para siswa sebagian berasal dari luar Solo. Sementara itu, Ketua Pelaksana Satgas Penanganan Covid-19 Solo, Ahyani, mengatakan, Pemkot telah menginformasikan kepada semua sekolah yang saat ini masih menggelar PTM untuk memperketat protokol kesehatan. Selain itu, para orang tua murid juga diminta memantau kegiatan anaknya sepulang sekolah.

"Tidak hanya di sekolah tapi juga di rumah. Kadang kan anak-anak masih kegiatan di luar seperti kursus, latihan silat, dan sebagainya itu kan juga berpotensi," ucap Ahyani kepada wartawan, Selasa.

Menurutnya, program swab acak di sekolah bakal dilanjutkan ke sekolah lain setelah 29 sekolah diselesaikan. Pelaksanaan swab acak di 29 sekolah dijadwalkan sampai 21 Oktober mendatang. "Yang ada kasusnya kita selesaikan, pindah sekolah lain," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement