REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan, tanaman hias memiliki potensi besar dikembangkan di Indonesia. Sebab, nilai potensi pasar tanaman hias di dunia mencapai Rp 3.000 triliun, lebih tinggi dibandingkan kopi dan teh.
Hanya saja, Indonesia baru memenuhi ceruk pasar dunia sebesar 0,01 persen. Hal itu disampaikan Teten, saat meninjau Green House milik Minaqu Indonesia, di Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/10).
"Saya sangat mengapresiasi atas apa yang telah dilakukan Minaqu Indonesia sebagai offtaker produk tanaman hias yang telah menggandeng kurang lebih 1.000 petani di Jawa Barat dan telah bermitra dengan 4 koperasi," kata Teten.
Para petani, lanjut Teten, harus dikonsolidasi. Jangan biarkan mereka hanya menggarap di lahan yang sempit. Kalau sudah ada koperasi, para petani dapat fokus berproduksi di lahan yang juga dikonsolidasikan menjadi skala ekonomi.
Menurut dia, yang berperan menjadi offtaker pertama yaitu koperasi sebagai agregator, melakukan pengolahan hasil panen, dan berhadapan dengan pembeli sehingga harga tidak dipermainkan pembeli. Koperasi sebagai badan usaha yang berbadan hukum juga dapat melakukan kerja sama dengan berbagai pihak.
Bagi Teten, apa yang dilakukan Minaqu telah mencerminkan terjadinya proses inclusive close loop. Jadi telah tercipta sebuah ekosistem terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Mengingat masih sangat besar peluang permintaan tanaman hias dari mitra luar negeri yang telah bekerja sama dengan Minaqu, Teten berharap koperasi-koperasi lainnya yang telah mengkonsolidasikan lahan anggotanya juga dapat memanfaatkan peluang ini dan menjalin kemitraan. Selain itu, Teten pun mendukung pemanfaatan teknologi informasi melalui web based sistem e-commerce platform minaquindonesia.com untuk akselerasi menuju go digital dan go global.