Rabu 20 Oct 2021 14:52 WIB

Akses Sydney-Melbourne Kembali Dibuka

Akses Sydney-Melbourne kembali dibuka bagi masyarakat dengan vaksinasi penuh.

Akses Sydney-Melbourne kembali dibuka bagi masyarakat dengan vaksinasi penuh.
Foto: EPA-EFE/BIANCA DE MARCHI
Akses Sydney-Melbourne kembali dibuka bagi masyarakat dengan vaksinasi penuh.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perjalanan antarkota Sydney dan Melbourne mulai dibuka kembali pada Rabu (20/10) waktu setempat, bagi penduduk yang sudah divaksin penuh. Pembukaan akses dilakukan di tengah pesatnya tingkat vaksinasi COVID-19.

Dilansir dari reuters, Rabu, dengan tren penurunan kasus COVID-19 di New South Wales, termasuk Sydney, masyarakt diizinkan memasuki wilayah Victoria tanpa karantina untuk pertama kalinya setelah lockdown selama tiga bulan. Sementara, penduduk dari Melbourne yang akan mengunjungi Sydney harus menjalani dua minggu karantina di dalam rumah.

Baca Juga

Infeksi harian di Negara Bagian Victoria naik menjadi 1.841 kasus pada Rabu, yakni dari 1.749 kasus sehari sebelumnya. Sedangkan 283 total kasus dilaporkan di Negara Bagian New South Wales--menurun dibandingkan saat puncak pandemi pada September.

Relaksasi aturan perbatasan diberlakukan menjelang Victoria mencabut lockdown di Melbourne karena tingkat vaksinasi dosis ganda pada orang di atas 16 tahun mendekati 70 persen. Pencabutan lockdown akan lebih banyak dilakukan ketika tingkat vaksinasi melewati 80 persen dan 90 persen.

Pada Jumat lalu, sebanyak 5 juta penduduk Melbourne telah menjalani enam periode lockdown dengan total 262 hari secara kumulatif sejak Maret 2020. Media Australia menyebut hal itu sebagai masa lockdown yang terlama di dunia, melebihi lockdown selama 234 hari di Buenos Aires. 

Australia telah menikmati kehidupan bebas COVID hampir sepanjang tahun ini sampai wabah Delta muncul di Sydney pada Juni.  Wabah itu menyebar dengan cepat ke negara bagian tetangga Victoria. 

Sementara, negara bagian lain di Australia dinyatakan bebas COVID atau memiliki sangat sedikit kasus. Sydney dan Canberra keluar dari pembatasan ketat selama berbulan-bulan minggu lalu setelah berlomba mencapai target vaksinasi. Bahkan, dengan wabah Delta, jumlah COVID-19 Australia jauh lebih rendah daripada banyak negara maju, dengan sekitar 149.000 kasus dan 1.577 kematian.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement